Rayhan, putra sulungku yang tahun ini berusia 13 tahun dengan wajah bersungut-sungut merobek-robek kertas berwarna pink yang diterimanya dari seorang kawannya. "Ihhh.. jijik, gak level, apaan sih nih, amitt amiit deh,,"sungutnya sambil merobek robek dan meremas-remas kertas berwarna pink, dan ku duga itu surat cinta. Rayhan terpekik kaget ketika aku menepuk bahunya, " apa tuh Rayhan , kok kesal amat.."Tanyaku bijak. " Jijik buu, surat cinta dari teman, lelaki, iih masak dia bilang dia cinta mati padaku, geliii , iihhhhh.. kok bisa gitu yaa buu, lelaki suka dengan lelaki..?" tanya Rayhan bingung. Aku jujur kaget, cemas dan bingung juga tidak tahu mau jawab apa, karena jamanku sekolah dulu belum ada yang namanya gay. Tidak ada lelaki yang suka pada lelaki, kalau adapun, yaa adanya di salon-salon di mall. Lagipula jaman dulu jarang juga ada mall dan biasanya juga jarang deh ada gay yang usia sekolah seperti Rayhan begini. Apa gurunya tidak tahu kalau ada gay di sekolah mereka?
Fenomena ini berlaku di sekitar kita. Di jaman sekarang, jaman modern, mulai banyak hal yang aneh-aneh yang tidak terbayang sekalipun oleh kita. Kita pun tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan anak remaja kita mengenai kawannya yang gay khan? Solusi dari sekolah adalah bila ditemukan murid yang gay atau ada kecenderungan siswa lelaki berkelakuan dan bersikap manis seperti perempuan, maka sang guru harus peka, segera panggil orang tuanya dan bicarakan baik-baik (biasanya orang tua kurang mau terima dan agak tersinggung). Usahakan sang anak tersebut diberikan pekerjaan yang bersifat kelaki-lakian dan tanggung jawab, lalu jadikan dia ketua kelas atau jadikan dia ketua klub olah raga yang sifatnya merangsang jiwa kelaki-lakiannya seperti ketua klub bela diri atau ketua OSIS.
Selama menjadi ketua sebuah divisi tertentu di sekolah, anak tersebut harus diawasi dan dibimbing oleh seorang guru atau ustadz lelaki yang sangar dan tegas serta berjiwa kebapakan. Hal ini agar sang siswa aman untuk mencurahkan perasaannya dan bisa mencontoh bagaimana sikap dan perasaan sang ustadz dan kemudian terus diawasi. Peran wali kelas adalah agar anak-anak lain tidak mengganggu dan menghina anak yang sedang diproses dari seorang gay menjadi tidak gay. Selain itu ceritakan mengenai kemurkaan Allah pada orang yang berperilaku seperti gay dan tentang hukuman bagi seorang gay. Selain itu ceritakan kisah-kisah Nabi Luth dengan kaumnya yang menderita homo seksual yang lalu Allah benamkan mereka di bawah dasar laut mati, di Amman , Jordan. Dimana dahulu, di tempat itulah kota Sodom dan Gomorah, tempat tinggal kaum homo di jaman Nabi Luth yang Allah musnahkan. Lalu ajak sang anak untuk menghafal Al Quran dan membaca artinya, berikan 5 ayat sehari, ajaklah sholat malam dan bermunajat pada Allah agar dihilangkan sifat-sifat buruknya. Mudah-mudahan dengan bantuan sang guru dan keterbukaan orang tua menghadapi bersama masalah anak yang ada kecenderungan gay, maka sang anak bisa berubah menjadi anak normal.
Aku pikir, tidak ada satu pun anak lelaki remaja yang ingin dirinya menjadi seorang gay, dia juga tidak mau hidup sebagai seorang gay, oleh karena itu kita coba bantu dulu mereka, bila tidak berhasil dan masih dirasa mengganggu, terpaksa dikeluarkan dari sekolah dan berdo'alah : " Yaa Allah, ampuni kami yang tak mampu membina mereka."
Fifi.P.Jubilea
Founder and Conceptor of JISc
bundafe : penulis artikel konsultasi pendidikan anak, remaja dan keluarga
http://www.jakartaislamicschool.com/