Selasa 16 Aug 2011 16:36 WIB

Balita Boleh Sekolah, Boleh Juga Tidak

Seorang anak balita sedang mencoret dinding/ilustrasi.
Foto: corbis
Seorang anak balita sedang mencoret dinding/ilustrasi.

Ibu mana yang tidak sedih berpisah dengan anaknya. Bahkan kalau mau jujur rasanya anak-anak tidak usah sekolah saja agar bisa selalu bersama ibu, karena kehidupan bersekolah, apalagi yang fullday school (pagi sampai sore) atau yang boarding school, merupakan proses “penculikan” anak untuk dididik dengan restu dan kerelaan dari orang tua anak yang bersangkutan. Anak dijauhkan dari ibu, dan ibu harus tega melepaskannya untuk di didik, diasuh dan bersama orang lain, berjam-jam, ada yang berhari-hari bahkan berbulan-bulan seperti pesantren.

Fenomena rasa kehilangan hanya sangat dirasakan oleh ibu yang sehari-harinya biasa bersama anaknya dari sejak lahir sampai duduk di kursi sekolah. Sehingga boneka lucu miliknya diserahkan dengan tangan gemetar pada ibu guru yang tampil percaya diri. ‘Ssshhh… sedih..” demikian status yang terungkap di sebuah blackberry dimana terpampang wajah sang anak yang baru berusia 4 tahun dengan seragam sekolah taman kanak-kanak berwarna ungu cerah. Lalu satu jam kemudian statusnya berubah menjadi “ssssepiyyy…”. Dan tiga jam kemudian tampak wajah ibu yang sumringah sedang menjemput dan menggandeng anaknya yang “hilang di didik ibu guru”

Sejuta pertanyaan klise dan umum meluncur ketika ibu menjemput anaknya disekolah seperti belajar apa..? enak gak..? Temannya banyak gak..? Ibu guru bilang apa,.? dan lain lain. Mata lucu dan wajah kemerahan serta keringat berpeluh di wajah sang anak, membuat semua ibu yang mengasihi anaknya semakin bertambah sayang dan gemas pada anaknya, walau pertanyaan terkadang tak mendapat jawaban dari anak kecuali sepotong saja, “enak, gurunya baik, kata bugulu… dan seterusnya..”

Sadarkah kita, relahkah kita bila anak yang selama ini kita lahirkan, kita didik dan kita asuh, dan selalu bersama dengan kita, harus belajar di sebuah sekolah yang gurunya belum terdidik sebagai guru, maka bila usia balita belum juga menemukan sekolah dengan guru-guru yang kita yakini baik dan mampu mendidik anak-anak kita, sebaiknya tidak usah terburu-buru mengantar mereka ke sekolah karena arus dan kebiasaan menyekolahkan anak, yang terjadi dimana-mana, atau rasa malu pada tetangga atau kawan bila usia 4 tahun belum juga bersekolah.

Bila belum yakin dengan guru-guru dan kurikulum pendidikan yang diterapkan di sekolah tersebut, tidak usah malu untuk tidak menghantar anak balitanya ke sekolah. Ibu bisa mengajarkan di rumah, dari mulai membaca dan menulis, berhitung dan lain-lain, asalkan ibu mau menyisihkan waktu dua jam saja sehari, insya Allah, anak-anak akan lebih baik terdidik oleh ibunya sendiri. Ini lebih baik daripada buru-buru di sekolahkan di sebuah sekolah yang tidak jelas mutu guru dan kualitas kurikulumnya dan ibu, bisa lebih lama lagi bersama anaknya.

Fifi.P.Jubilea - Founder and Conceptor of JISc

[email protected] 

bundafe : penulis artikel konsultasi pendidikan anak, remaja dan keluarga

http://www.jakartaislamicschool.com/

www.bundafe.com

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement