REPUBLIKA.CO.ID,MAGETAN--Seorang warga di Desa Nguntoronadi, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jatim, Sunarto (40), mampu menciptakan tenaga listrik dari bahan dasar larutan air belimbing wuluh.
"Pengembangan tenaga listrik dari larutan belimbing wuluh ini berawal dari rasa prihatin akan tarif dasar listrik yang terus naik. Apalagi, masih banyak warga Indonesia di daerah pedalaman yang belum tersentuh listrik," ujar pencipta energi listrik dari belimbing wuluh, Sunarto, Selasa.
Belimbing wuluh yang tumbuh subur di pekarangan rumahnya, ia sulap menjadi zat pengurai yang mampu menghasilkan tenaga listrik alternatif, di tengah keluhan warga akan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sejak awal Juli lalu. Ia menjelaskan, untuk menciptakan energi listrik tersebut, awalnya belimbing yang biasa digunakan sebagai sayuran ini dihaluskan untuk diambil airnya. selanjutnya, dengan menggunakan media tanah yang ditaruh dalam gelas bekas air mineral ini, air belimbing ini disuntikan secukupnya.
Selanjutnya, masing masing gelas berisi tanah bercampur sari air belimbing ini dihubungkan dengan rangkaian kawat lempengan tembaga dan seng, guna mengalirkan arus listrik. Hasilnya, energi listrikpun tercipta dengan tegangan yang lumayan, yakni hingga mencapai 5 Volt, cukup untuk menghidupkan lampu penerangan. Tegangan yang dihasilkan ini juga lebih besar dari tegangan satu buah batu baterai.
Menurut dia, energi listrik ini tercipta karena belimbing wuluh yang memiliki tingkat keasaman tinggi hingga dapat menghantarkan ion dan elektron yang ada pada lempengan tembaga dan seng. Sehingga terciptalah arus listrik. Rata-rata, 10 butir belimbing wuluh ini mampu menciptakan tegangan listrik hingga mencapai 2,5 volt atau setara dengan satu buah batu baterai kering. Bahkan menurut pengalamannya, energi listrik dari belimbing sayur ini dapat bertahan lama hingga mencapai satu bulan.
Sunarto yang juga guru elektronik di salah satu SMA di Bendo Magetan ini, berharap, nantinya temuannya ini dapat terus dikembangkan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. Di antaranya untuk menghidupkan radio, jam dinding, hingga lampu penerangan bagi daerah pedesaan yang belum tersentuh listrik.
Hingga kini, Sunarto masih terus mengembangkan hasil temuannya. Ia ingin nantinya setelah berkembang, energi listrik alternatif temuannya ini dapat dikemas dalam bentuk produk energi yang praktis layaknya baterai. Sehingga, temuannya itu dapat dikembangkan sebagai salah satu energi alternatif ditengah tarif listrik yang dampaknya kian terasa berat bagi rakyat kecil.