REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mengembangkan teknologi pengelolaan limbah buah menjadi biogas yang dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. "Instalasi biogas itu dibangun di Pasar Buah Gemah Ripah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)," kata Koordinator Program Waste Refinary Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Syamsiah di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, instalasi yang telah ada itu dapat digunakan untuk mengolah limbah di Pasar Buah Gemah Ripah berupa buah-buahan busuk untuk dijadikan biogas yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menghidupkan listrik. "Pasar Buah Gemah Ripah setiap hari menghasilkan empat ton limbah buah busuk. Limbah buah yang ada selama ini tidak pernah dimanfaatkan dan langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir," katanya.
Ia mengatakan, melalui instalasi biogas itu, empat ton sampah buah yang dihasilkan setiap hari di pasar tersebut dikonversi menjadi biogas sebanyak 333 newton kubik meter per hari. "Biogas yang dihasilkan telah dipakai sebagai bahan bakar untuk menggerakkan generator listrik. Listrik yang dihasilkan mampu mensuplai sebagian besar kebutuhan listrik di kawasan Pasar Buah Gemah Ripah" katanya.
Menurut dia, daya listrik yang dibangkitkan sebesar 548 kwh per hari itu bisa memenuhi kebutuhan listrik sekitar 500 kepala keluarga. "Saat ini telah dibangun dua unit digester (alat untuk memfermentasi sampah buah menjadi biogas) yang dalam satu pekan mampu menghidupkan listrik untuk penerangan sebagian besar kios-kios di pasar buah tersebut" katanya.
Selain itu, juga mampu menerangi jalan-jalan di sekitar kawasan pasar. Biodigester dibangun di bawah permukaan tanah dengan diameter delapan meter dan tinggi delapan meter. Ia mengatakan, pengembangan teknologi pengolahan sampah menjadi biogas itu bekerja sama dengan pemerintah Swedia yang memberikan bantuan sebesar Rp1,6 miliar untuk pembangunan konstruksi biogas dan penelitian.
"Untuk penyediaan genset dan jaringan listrik difasilitasi Pemerintah Kabupaten Sleman dan UGM mendukung melalui sejumlah penelitian mengenai pembuatan biogas dari sampah buah," katanya.
Menurut dia, teknologi yang dikembangkan mengadopsi teknologi pengelolaan sampah yang telah dilakukan di Swedia. Namun demikian, pemanfaatan teknologi tetap menyesuaikan kondisi lokal di Indonesia. "Teknologi pengelolaan sampah menjadi biogas itu ditransfer dari Swedia, salah satu negara yang sudah menerapkan teknologi tersebut," katanya.