REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Sofiandy Zakaria, Dosen Tidak Tetap FKK-UMJ
Bukan hanya politisi yang sering bermasalah dan dipermasalahkan dalam berkomunikasi. Manusia pada umumnya dihadapkan dengan masalah komunikasi, yang merupakan bagian dari aktivitas sehari-seharinya.
Bagi manusia, komunikasi pada dasarnya bukanlah sekedar hal yang biasa dan terjadi dengan sendirinya (taken for granted). Sebagai tuntutan dan kebutuhan dalam dinamika hidup manusia, komunikasi menjadi isu yag kritis.Tidak terkecuali bagi dokter.
Menjadi seorang dokter adalah harapan dan dambaan banyaorang tua. Dokter masih dianggap sebagai status bergengsi dan memiliki tugas mulia di tengah-tengah masyarakat. Di sisi lain tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan bidang kedokteran pada khususnya dan kesehatan pada umumnya, juga semakin meningkat dan kompleks.
Tugas seorang dokter bukan hanya berhubungan langsung dengan pasien, tapi juga dengan kelompok sejawatnya, bahkan dengan masyarakat yang beragam latar belakang sosial ekonomi, pendidikan dan budaya serta keyakinan. Tidaklah mengherankan tuntutan akan pentingnya komunikasi efektif menjadi kesatuan integral yang tidak terpisahkan dari fondasi profesionalitas seorang dokter.
Komunikasi efektif menjadi penopang garda terdepan tegaknya pilar-pilar pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan untuk tercapainya kompetensi dokter yang mumpuni. Dewasa ini kebijakan pemerintah mengenai Jaminan Kesehatan Nasional juga menunjukkan arah yang mestinya lebih fokus pada ketersediaan yang lebih adil dan merata mengenai kualitas dan kuantitas dokter pada khususnya, tenaga kesehatan pada umumnya, ke berbagai daerah di Indonesia.
Institusi pendidikan kedokteran dituntut memainkan peran lebih besar dalam menghasilkan dokter-dokter yang bukan saja menguasai substansi kedokteran, tapi juga memiliki kepedulian terhadap masalah kesehatan masyarakat secara umum. Situasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah yang heterogen dan masih memprihatinkan, juga menuntut para dokter memiliki kemampuan komunikasi yang lebih efektif dalam mengelola dan menangani masalah-masalah kesehatan. Health communication is a subset of human communication that is concerned with how individuals deal with health-related issues (Northouse and Northouse,1998).
Tuntutan masyarakat terhadap dokter, bukan hanya sekedar pelayanan teknis kesehatan yang lebih baik, tapi juga hubungan yang lebih harmonis, yang dibangun berdasarkan komunikasi timbal balik (two way communication) yang saling percaya dan bermanfaat. Kepercayaan masyarakat terhadap dokter akan tumbuh, apabila para dokter menunjukkan profesionalime keakhlian di bidangnya disertai pesan-pesan komunikasi yang efektif secara empatik, jujur, terbuka dan tulus.