Ahad 29 Dec 2019 04:43 WIB

UMM Kukuhkan Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Matematika

Profesor Akhsanul In’am guru besar Bidang Ilmu Pendidikan Matematika

Rep: Wilda Fiziyani/ Red: Gita Amanda
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengukuhkan Profesor Akhsanul In’am sebagai guru besar Bidang Ilmu Pendidikan Matematika.
Foto: Dok. Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengukuhkan Profesor Akhsanul In’am sebagai guru besar Bidang Ilmu Pendidikan Matematika.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG --  Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengukuhkan Profesor Akhsanul In’am sebagai guru besar Bidang Ilmu Pendidikan Matematika. Di acara pengukuhannya, In'am menyampaikan orasinya tentang pemikiran Imam Al Ghozali.

Baca Juga

In'am menjelaskan, terdapat empat golongan manusia berdasarkan konsep Metakognitif Al Ghozali. Keempat golongan tersebut, yakni Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (orang yang tahu, dan dia tahu kalau dirinya tahu) dan Rojulun La Yadri wa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan mengetahui bahwa ia tidak tahu). Selanjutnya, golongan Rojulun Yadri wa Laa Yadri Annahu Yadri (orang yang tahu, tapi dia tidak tahu kalau dirinya tahu).

"Dan kelompok Rojulun La Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri (orang yang tidak tahu dan tidak mengetahui bahwa ia tidak tahu)," kata In'am dalam pesan resmi yang diterima Republika, Sabtu (28/12). 

Menurut In'am, kelompok pertama dan kedua merupakan golongan yang dapat ditingkatkan kualitas hubungan vertikal dan horizontal. Mereka termasuk kelompok yang mau menyadari kalau dirinya tahu tentang sesuatu dan menyadari mengenai ketidaktahuannya. Dalam istilah lain dikatakan dengan sebutan metakognitif.

Metakognitif mempunyai peran sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti seorang peserta didik yang menyadari dirinya sedang belajar. Lalu dia memahami dengan yang dipelajari, sadar apa yang belum diketahuinya, dan berpikir tentang sesuatu.

"Ini merupakan faktor yang sangat berperan terhadap keberhasilan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar,” jelasnya.

Pembelajaran merupakan usaha peserta didik mempelajari suatu materi sebagai konsekuensi dari pengajaran guru. Selain itu, juga diartikan sebagai aktivitas guru melaksanakan tugas menyampaikan materi kepada peserta didik sesuai dengan perencanaan yang telah dirancang. 

Secara keseluruhan, pembelajaran bukan hanya proses menyampaikan ilmu pengetahuan oleh guru kepada peserta didik. Namun peran guru lebih pada mengenal kemampuan dan potensi yang dimilikinya dan berusaha untuk mengembangkannya.

Menurut In'am, pengertian pembelajaran tersebut berdasarkan pada tiga hal. Pertama, peserta didik dianggap sebagai manusia yang sedang berkembang. Kedua, pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. "Serta ketiga, penemuan baru terkait dengan konsep perubahan perilaku manusia,” kata pria kelahiran 1964 ini.

Berdasarkan teori tersebut, In'am mengungkapkan, terdapat empat hal yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Antara lain tentang strategi, pendekatan, metode dan prosedur pembelajaran. Keempat hal tersebut mempunyai peran yang sangat berarti untuk membantu peserta didik memahami materi yang dipelajarinya. 

Usaha untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran terutama matematika dapat dikemukakan oleh satu faktor pertama. Faktor utama yang dimaksud, yakni guru dalam kemampuan penguasaan materi serta penyampaiannya. Hal ini dapat terwujud dengan baik melalui penggunaan pendekatan metakognitif Imam Ghozali.

Rektor UMM Fauzan menyebut In’am sebagai guru besar yang kedua di FKIP. Dia juga menjadi guru besar ke-21 di tingkat universitas. “Dengan demikian, saya sebagai pimpinan UMM menyampaikan ucapan selamat atas jabatan akademik tertinggi yang di raih Profesor In’am ini,” jelasnya.

Berkaitan tentang matematika, Fauzan berpendapat, pelajaran matematika masih menjadi hal menakutkan sekaligus menyebalkan. Hal ini akibat konsep belajar matematika yang tidak ramah lingkungan. Dengan kata lain, matematika diajarkan hanya secara parsial dan eksklusif tanpa mempertimbangkan fungsinya dalam kehidupan nyata.

Stigma matematika itu semakin buruk setelah guru pun sulit senyum dan cenderung asosial. Akan tetapi semua ini berubah sejak Frudental mengembangkan konsep pembelajaran Matematika Realistic di era 70-an. "Saat itu pulalah guru matematika mau tersenyum. Apa yang disampaikan In’am telah mengambil realitas kehidupan sebagai basis untuk menerjemahkan bagamaina sebenarnya matematika itu," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement