Jumat 07 Sep 2018 07:34 WIB

Daniel Mananta Belajar Supaya Mirip Ahok

Memerankan Ahok membuat Daniel mengetahui mereka punya sejumlah kemiripan.

Rep: MGROL 106/ Red: Indira Rezkisari
Daniel Mananta
Foto: MGROL 106
Daniel Mananta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presenter Daniel Mananta berperan sebagai Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam film biopik berjudul A Man Called Ahok. Untuk mendalami perannya, Daniel rela belajar agar gelagatnya mirip mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Daniel mempelajari Ahok dibantu dengan seorang pelatih akting. "Mereka menyediakan acting coach, Mas Yayu Unru. Saat proses reading juga kami banyak menonton video Ahok. Dari yang marah, bercanda, kami mengambil referensi-referensi gesturnya, gaya beliau berbicara. Bahkan ada beberapa pelafalan khas beliau dan juga cara berjalannya," kata Daniel Mananta dalam konferensi pers dan pemutaran cuplikan film A Man Called Ahok untuk pertama kalinya di Metropole XXI, Jakarta, Kamis (6/9).

Kerja Daniel mendalami seorang Ahok bahkan diakui putra Ahok, Nicholas Sean Purnama. Ia mengatakan Daniel sangat mirip ayahnya.

Nicholas mengatakan bahwa kemiripan Daniel dengan ayahnya ketika ia berada dalam karakter cukup mengagumkan. Bahkan, ketika ada adegan marah, Nicholas dibuat terpukau oleh akting Daniel karena sangat mendalami.

Daniel merasa bangga dapat memerankan sosok Ahok dalam film ini. Ketika pertama kali ditawari untuk mengikuti audisi peran dan membaca skripnya, ia langsung suka dengan karakter yang akan dia perankan.

Ahok di mata Daniel merupakan seseorang yang sangat penuh gairah. Ketika membicarakan sesuatu, bisa sangat menggebu-gebu sampai orang mengira dia itu sedang marah.

"Dia itu bisa berbicara mengenai sebuah topik sampai berjam-jam. Dia itu akan terbakar semangatnya. Tapi ternyata, Ahok dan gue memiliki sebuah kemiripan, kami sama-sama passionate ketika membicarakan sesuatu," kata Daniel.

A Man Called Ahok merupakan film terbaru yang dimainkan oleh Daniel setelah sekian lama. Namun Daniel mengatakan bahwa sebenarnya ia banyak mendapat tawaran film. Sayangnya, waktu proyek-proyek film tersebut tidak cocok dengan jadwalnya.

"Tapi terkadang gue merasa gue tidak punya passion terhadap film itu. Kalau tujuan mengikuti film itu hanya untuk mendapat keuntungan maka gue nggak mau. Kecuali kalau tujuannya untuk memberi dampak positif kepada masyarakat," kata Daniel.

Ketika mendapat skenario film A Man Called Ahok, Daniel mengatakan bahwa ia langsung merasa bahwa film ini akan memberi dampak yang besar terhadap masyarakat. Menurutnya, esensi film ini adalah cinta seorang ayah kepada anaknya.

Mengenai A Man Called Ahok, Daniel yakin masyarakat akan tertular rasa cinta yang akan diperlihatkan dalam film ini. Selain itu, mereka juga akan merasa semangat karena melihat minat Ahok yang disampaikan melalui karakter Daniel dalam kayar lebar.

Bicara soal minat, Daniel dan Ahok sama-sama akan membara ketika berbicara mengenai sesuatu. Sementara Ahok sangat bersemangat ketika berbicara tentang politik, Daniel memiliki minat terhadap kedamaian. "Menyebarkan cinta di dunia ini agar menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Melalui semua kegiatan yang gue lakukan, gue terus mencoba menebar cinta tersebut," kata Daniel.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement