REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim kemarau yang terjadi pada 2018 mulai dirasakan warga di sejumlah wilayah di Indonesia. Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 4,87 juta jiwa terdampak kekeringan.
"Sebagian masyarakat terpaksa harus membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Sutopo melalui pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (7/9).
Sutopo mengatakan masyarakat yang mengalami kekurangan air bersih harus mencari sumber-sumber air di tempat lain. Selain membeli, sebagian masyarakat juga bergantung pada bantuan pasokan air bersih.
Kekeringan juga berdampak pada lahan pertanian. Sebagian Petani harus mengeluarkan biaya tambahan Rp 800 ribu untuk sewa pompa air dan membeli solar untuk mengairi sawahnya.
"Sebagian petani melakukan modifikasi pompa air dengan mengganti bahan bakar solar dengan gas elpiji tiga kilogram sehingga dapat menghemat biaya Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu," jelasnya.
Sutopo mengatakan kekeringan terjadi di beberapa tempat di wilayah Indonesia khususnya Jawa dan Nusa Tenggara. Kekeringan terjadi di 4.053 desa dari 888 kecamatan di 111 kabupaten/kota dari 11 provinsi di Indonesia.
"Musim kemarau diperkirakan berlangsung hingga September 2018 dengan puncaknya selama Agustus-September. Yang mengalami kekeringan saat ini adalah daerah-daerah yang hampir setiap tahun mengalami kekeringan," kata Sutopo.