REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Panitia Festival Seni Multatuli bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung melestarikan seni tradisional yang berkembang di masyarakat Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
"Pelestarian seni tradisional itu agar tidak terancam punah," kata Kepala BPNB Bandung Wilayah Kerja Empat Provinsi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta dan Lampung Jumhari di Lebak, Jumat (7/9).
Kegiatan Festival Seni Multatuli dengan menggelar pertunjukan seni tradisional bertempat di Alun-alun Multatuli, Rangkasbitung. Mereka peserta permainan seni tradisional itu berasal dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Lebak.
Kesenian tradisional itu umumnya ditampilkan oleh masyarakat saat perayaan panen, pengembangan syiar agama Islam dan perayaan pernikahan. Namun, keberadaan seni tradisional tersebut terancam punah sehubungan berkembangnya teknologi.
Masyarakat Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tak pernah kembali menampilkan seni tradisional itu. "Kami berharap pelestarian seni tradisional itu bisa dikembangkan lagi oleh masyarakat," katanya menjelaskan.
Menurut Jumhari, seni tradisional yang berkembang di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, antara lain seni beluk sama (seni tari dan suara), seni pokplod (seni angklung buhun dan gendang panjang), seni kromong (seni gamelan Badui). Begitu pula seni gegendeh (mukul lesung),seni rengkong dan wayang golek. Permainan seni tradisional itu dimainkan lima sampai 30 orang.
"Kami mengapresiasi pertunjukan seni tradisional yang digelar di Alun-alun Multatuli itu dipadati penonton," katanya.
Sahri (55), seorang seniman Kabupaten Lebak mengaku menyambut positif adanya pertunjukan seni tradisional yang digelar pada kegiatan Festival Seni Multatuli. Selama ini, dirinya mengapresiasi seni gegendeh dari Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, hingga kini masih berkembang di masyarakat.
Umumnya, kata dia, permainan gegendeh itu ditampilkan saat perayaan pernikahan. "Kami berharap pemerintah daerah terus melestarikan seni tradisional itu agar tidak terjadi kepunahan,"katanya.