Jumat 07 Sep 2018 23:25 WIB

Festival Seni Multatuli Lestarikan Seni Tradisional

Festival Seni Multatuli bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung.

Tembok rumah Multatuli.
Foto: reading multatuli
Tembok rumah Multatuli.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Panitia Festival Seni Multatuli bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung melestarikan seni tradisional yang berkembang di masyarakat Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

"Pelestarian seni tradisional itu agar tidak terancam punah," kata Kepala BPNB Bandung Wilayah Kerja Empat Provinsi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta dan Lampung Jumhari di Lebak, Jumat (7/9).

Kegiatan Festival Seni Multatuli dengan menggelar pertunjukan seni tradisional bertempat di Alun-alun Multatuli, Rangkasbitung. Mereka peserta permainan seni tradisional itu berasal dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Lebak.

Kesenian tradisional itu umumnya ditampilkan oleh masyarakat saat perayaan panen, pengembangan syiar agama Islam dan perayaan pernikahan. Namun, keberadaan seni tradisional tersebut terancam punah sehubungan berkembangnya teknologi.

Masyarakat Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tak pernah kembali menampilkan seni tradisional itu. "Kami berharap pelestarian seni tradisional itu bisa dikembangkan lagi oleh masyarakat," katanya menjelaskan.

Menurut Jumhari, seni tradisional yang berkembang di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, antara lain seni beluk sama (seni tari dan suara), seni pokplod (seni angklung buhun dan gendang panjang), seni kromong (seni gamelan Badui). Begitu pula seni gegendeh (mukul lesung),seni rengkong dan wayang golek. Permainan seni tradisional itu dimainkan lima sampai 30 orang.

"Kami mengapresiasi pertunjukan seni tradisional yang digelar di Alun-alun Multatuli itu dipadati penonton," katanya.

Sahri (55), seorang seniman Kabupaten Lebak mengaku menyambut positif adanya pertunjukan seni tradisional yang digelar pada kegiatan Festival Seni Multatuli. Selama ini, dirinya mengapresiasi seni gegendeh dari Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, hingga kini masih berkembang di masyarakat.

Umumnya, kata dia, permainan gegendeh itu ditampilkan saat perayaan pernikahan. "Kami berharap pemerintah daerah terus melestarikan seni tradisional itu agar tidak terjadi kepunahan,"katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement