REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Indonesia berpotensi mengambil alih posisi Thailand sebagai importir mobil yang menguasai pangsa pasar di Australia. Potensi ini terlihat melalui perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) atau Perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia.
Direktur Jendral Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo menjelaskan, melalui IA-CEPA, langkah ekspor Indonesia ke Australia semakin terbuka lebar dengan fasilitas nol persen bea masuk. "Dengan IA-CEPA, kita bisa masuk ke sana (Australia) juga negara persemakmuran lainnya karena standarnya sama," tuturnya dalam konferensi pers di Gedung Kemendag, Jumat (7/9).
Dari berbagai produk otomotif Indonesia, Iman menyebutkan, Indonesia akan memprioritaskan mobil listrik dan mobil hibrida ke Australia. Pembicaraan terkait priroitas ini akan diintensifkan pasca penandatanganan perjanjian yang direncanakan akan dilakukan pada November 2018.
Sementara itu, Direktur Perdagangan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Ni Made Ayu Marthini menjelaskan, pemilihan mobil listrik dan hibrida bukan tanpa sebab. Keduanya memiliki keistimewaan, tercermin dari syarat Qualifying Value Content (QVC) dua jenis mobil ini yang lebih rendah dibanding dengan negara-negara lainnya.
QVC sendiri merupakan perhitungan nilai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Made menjelaskan, dalam IA CEPA, Australia mengizinkan Indonesia untuk mengekspor mobil listrik dan hibrida dengan QVC senilai 35 persen. Angka tersebut lebih rendah lima persen dibanding dengan persyaratan Australia ke negara lain yang mencapai 40 persen.
Dengan nilai QVC lebih rendah, Made berharap mobil elektrik dan hibrida dari Indonesia memiliki tempat di pasaran Australia. "Ini yang tidak didapat negara lain ketika mengekspor produk otomotifnya ke Australia. Jadi, produk Indonesia bisa bersaing," ucapnya.
Made mengakui, produksi mobil listrik dan hibrida memang belum berjalan di Indonesia. Tapi, IA-CEPA sendiri ditujukan untuk kemitraan dalam jangka panjang. Ia optimistis, Indonesia dapat menyelesaikan dua komoditas yang tengah dipersiapkan ini.
QVC mobil listrik dan hibrida berbeda dengan mobil konvensional. Made mengatakan, Australia masih mengaplikasikan nilai QVC 40 persen untuk mereka yang mau mengimpor produk kendaraan konvensional, termasuk ke Indonesia
Terlepas dari persyaratan tersebut, Made melihat IA-CEPA sebagai sebuah peluang besar Indonesia dalam meningkatkan ekspor otomotif. Ia juga mengajak para pengusaha yang tergabung dalam asosiasi untuk ikut serta dalam ekosistem ini. "Apalagi, jenis kendaraan bahan bakar yang ramah lingkungan seperti mobil listrik dan hibrida diprediksi menajdi tren di dunia otomotif," ucapnya.
Dalam perjanjian IA-CEPA, Indonesia tidak perlu lagi membayar bea masuk terhadap 7.000 pos tarif ke Australia. Sebaliknya, 6.404 komoditas asal Australia juga mendapat keringanan saat masuk ke Indonesia.