REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Silek Arts Festival 2018 dibuka oleh Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno dan Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid di Taman Budaya Sumatra Barat, Kota Padang, Sabtu (7/9) malam. Kegiatan yang berlangsung hingga 30 November mendatang ini tidak hanya menampilkan berbagai atraksi aliran silek atau silat yang ada di Tanah Minang, tetapi juga berisi agenda kebudayaan lainnya yang terkait dengan silek.
Menurut Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno, Silek Arts Festival 2018 merupakan agenda yang didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud dengan program Indonesiana. Konsepnya adalah selain menampilkan pertunjukkan, juga menampilkan agenda lainnya yang terinspirasi dengan silek seperti seminar, randai, teater, musik, serta pameran foto dan film dokumenter tentang silek.
“Kita harapkan dengan acara ini tradisi silek di Sumatra Barat bisa terjaga,” kata Irwan.
Agendanya akan digilir dari satu daerah ke daerah lainnya hingga 30 November mendatang. Ada delapan kabupaten/kota yang ikut berpartisipasi. Yaitu, Kota Padang, Kota Sawahlunto, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Payakumbuh, Kabupaten Solok, dan Kabupaten Padang Pariaman.
“Masih banyak sebenarnya daerah lain yang ingin berpartisipasi, tapi ini kan agenda yang pertama. Nanti rencananya acara ini akan didukung oleh Ditjen Kemendikbud dalam program Indonesiana hingga tiga tahun mendatang,” kata irwan.
Irwan mengatakan, tujuan lainnya dari Silek Arts Festival 2018 ini adalah untuk menjemput atau mengumpulkan aliran-aliran silek yang ada di Sumatra Barat. Berdasarkan catatan Dinas Kebudayaan Sumatra Barat, setidaknya ada 500 aliran silat yang berkembang di Sumatra Barat.
“Kita bayangkan kalau tidak ada agenda ini,” kata Irwan.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid (ketiga dari kiri) dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (ketiga dari kanan) saat membuka Silek Arts Festival 2018 di Taman Budaya Sumbar Kota Padang.
Sementara, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, Silek Arts Festival memiliki durasi festival yang paling lama di antara delapan daerah Indonesiana lainnya. Yaitu, selama tiga bulan mulai dari September hingga November mendatang.
“Tempatnya ada di beberapa kota dan kabupaten,” kata Hilmar.
Menurut Hilmar, Silek Arts Festival 2018 ini bisa menambah kegandrungan masyarakat terhadap pencak silat. Apalagi, setelah Indonesia berhasil meraih prestasi yang luar biasa dalam Asian Games 2018 di mana pencak silat menyumbang perolehan medali emas terbesar.
“Dengan Silek Arts Festival ini, kita bisa melihat bukan hanya soal olahraga tetapi ada nilai-nilai tradisi,” kata Hilmar.
Menurut Hilmar, pencak silat mendapat perhatian khusus oleh pemerintah. Karena, pencak silat mengajarkan tentang pendidikan karakter, kepribadian, dan kerendahan hati.
Untuk program Indonesiana sendiri, Hilmar menjelaskan ini adalah sebuah platform pengembangan ekosistem kebudayaan. Untuk tahun 2018. Indonesiana berfokus pada konsolidasi untuk peningkatan standar tata kelola kegiatan budaya dan manajemen penyelenggaraan kegiatan budaya melalui dukungan atas penyelenggaraan festival-festival di daerah.
Festival budaya adalah manifestasi dari kegiatan budaya dan rangkaian kerja pemajuan kebudayaan yang mencakup pelindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan di daerah. Pada tahun ini, ada sembilan festival yang didukung oleh Indonesiana.
Yaitu, International Gamelan Festival di Solo, Festibal Bebunyian Sintuvu di Sulawesi Tengah, Festival Fulan Fehan di NTT, Festival Seni Budaya Saman di Aceh. Selain itu, ada Festival Seni Multatuli di Banten, Silek Arts Festival di Sumatra Barat, Festival Folklor di Blora, Festival Tenun Nusantara di Tapanuli, dan Amboina International Music Festival di Ambon.
Penampilan para pesilat dalam tari Merantak Ranah Minangkabau di Silek Arts Festival 2018