Sabtu 08 Sep 2018 23:41 WIB

Pelemahan Rupiah Dongkrak Harga Komoditas Perkebunan Ternate

Eksportir komoditas perkebunan berani membeli dengan harga tinggi dari petani.

Lansekap Pulau Maitara (kiri) dan Pulau Tidore (kanan) dilihat dari Desa Fitu, Ternate Selatan, Maluku Utara.
Foto: Antara
Lansekap Pulau Maitara (kiri) dan Pulau Tidore (kanan) dilihat dari Desa Fitu, Ternate Selatan, Maluku Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir, mendongkrak harga sejumlah komoditas perkebunan di Maluku Utara (Malut). Pendapatan petani setempat pun meningkat.

Pantauan Antara di sejumlah pusat pembelian komoditas perkebunan di Ternate, Sabtu (8/9), menunjukkan harga komoditas perkebunan yang mengalami kenaikan harga setelah pelemahan rupiah terhapat dolar AS itu di antaranya fuli pala. Harga fuli pala di Ternate yang selama ini paling tinggi Rp 130 ribu per kg, sejak sepekan terakhir melonjak menjadi Rp 162 ribu per kg, begitu pula cengkih yang sudah mulai bergerak ke angka Rp 95 ribu per kg, yang sebelumnya bergerak diangka Rp 80 ribuan per kg.

Salah seorang pembeli komoditas perkebunan di Ternate, Joni mengaku, naiknya harga komoditas perkebunan itu terutama fuli pala karena selain meningkatnya permintaan dari daerah tujaun antarpulau. Yakni, Surabaya, Jawa Timur juga karena pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Komoditas perkebunan itu umumnya di eskpor ke berbagai negara. Sehingga, para eksportir mau membeli dengan harga yang lebih mahal karena mereka mendapatkan keuntungan lebih besar dari eskpor yang semuanya dibayar dengan dolar AS.

"Pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS memang menimbulkan pengaruh negatif terhadap perekonomian nasional, tetapi untuk komoditas perkebunan yang dipasarkan ke luar negeri, justru yang diuntungkan karena harganya menjadi lebih tinggi setelah dihitung dengan rupiah," katanya.

Komoditas perkebunan lainnya di Malut yang juga mulai menunjukan grafik kenaikan harga adalah kakao dari Rp 20 ribu per kg menjadi Rp 23 ribu per kg dan kopra dari Rp 4.500 ribu per kg menjadi Rp5.800 per kg. Namun, khusus untuk biji pala masih bertahan di angka Rp 60 ribu per kg.

Salah seorang petani pala di Ternate, Hamdan berharap harga komoditas perkebunan, khususnya fuli pala yang kini mencapai Rp 160 ribu per kg dapat bertahan seperti itu. Bahkan, kalau bisa, ia berharap harganya lebih tinggi lagi walaupun nanti nilai rupiah kembali menguat agar petani lebih sejahtera.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement