REPUBLIKA.CO.ID, CERNOBBIO -- Menteri Sekretaris Kabinet Inggris David Lidington mengatakan Inggris masih yakin akan keluar dari Uni Eropa. Tapi waktu yang mereka miliki untuk memutuskan hal tersebut hampir habis dan kesepakatan tersebut harus sudah selesai pada akhir November 2018.
Dalam konferensi Ambrosetti di Italia, Lidington mengatakan Inggris ingin kesepakatan Brexit memuaskan semua anggota Uni Eropa. Tapi rencana cadangan ketika tidak adanya kesepakatan juga dikembangkan.
"Kami tetap sangat berkomitmen untuk meraih kesepakatan yang bagus dan yakin hasilnya tidak hanya benar tapi juga hasil yang paling memungkinkan," katanya, Ahad (9/9).
Lidington mengatakan sangat penting menyelesaikan negosiasi ini pada bulan November. Karena Inggris dan parlemen Eropa juga butuh waktu untuk mereview dan menyetujui setiap kata dalam kesepakatan yang telah dibuat.
"Ini bukan sesuatu sederhana yang bisa ditinggalkan dalam 11 jam," kata Lidington.
Inggris akan resmi meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019. Jika Inggris sebagai negara dengan perekonomian terbesar nomor di dunia meninggalkan Uni Eropa dengan detail kesepakatan yang tidak jelas, pasar finansial takut perpisahan yang kacau dapat mengganggu perdagangan di seluruh Eropa.
Sejauh ini Inggris belum mengeluarkan kesepakatan yang jelas. Oposisi Perdana Menteri Theresa May pun terus mengulur waktu, mereka mutar-mutar argumen mereka setiap kali membahas kesepakatan ini. Beberapa anggota parlemen juga mendorong referendum ulang.
Sementara May sudah mengajukan proposal ekonomi dan kebijakan perdagangan Brexit ini. Lidington mengatakan proposal yang diajukan oleh May tersebut memastikan tidak akan ada pergesekan perdagangan terutama di perbatasan antara Inggris dengan Uni Eropa, antara Irlandia dan Irlandia Utara.
Tapi sepertinya proposal May tersebut ditolak oleh Uni Eropa. Kepala Negosiasi Uni Eropa untuk Brexit Michael Barnier mengkritik proposal tersebut. Barnier mengatakan dalam proposal tersebut Inggris ingin pasar tunggal.
"Seperti pasar tunggal à la carte, seperti cherry picking approach (pendekatan tanpa melihat fakta dan data yang benar, red)," kata Barnier.