REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Dian Erika, Rizkyan Adiyudha, Bayu Adji P
Ekonomi Indonesia sedang diuji gelombang internal dan eksternal. Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi cukup tajam atas dolar AS. Sempat mendekati angka Rp 15 ribu per dolar AS, kini rupiah bertahan di level 14.800-an per dolar.
Rupiah bukan satu-satunya persoalan ekonomi yang dihadapi bangsa ini. Dari mikro hingga makro persoalan itu ada. Setidaknya, Indonesia menghadapi begitu kuat terjangan defisit mulai dari perdagangan, transaksi berjalan, neraca pembayaran, utang luar negeri yang terus naik, hingga defisit APBN, yang semuanya berdampak kepada pendapatan individu masyarakat.
Banyak pihak angkat bicara atas persoalan ekonomi yang sangat serius ini. Salah satunya dari kubu yang selama ini berada di luar pagar pemerintahan. Kritik-kritik dari pihak ini pun tak terhindarkan.
Baca Juga: Rupiah: Dari Spekulan Hingga Soal Fundamental Ekonomi
Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra dan bakal calon presiden, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah menandakan kondisi ekonomi Indonesia yang lemah. Prabowo mengingatkan kondisi bangsa yang saat ini sedang terancam terutama karena besarnya peran asing.
Rupiah yang melemah, menurut dia, merupakan tanda bahwa ekonomi Indonesia memang lemah. Penyebabnya, jelas Prabowo, karena ekonomi Indonesia, kekayaan Indonesia, tidak berada di tangan bangsa Indonesia sendiri.
"Tapi di tangan orang-orang asing, orang-orang yang tidak setia kepada Pancasila, NKRI, dan Tanah Air," ujar Prabowo saat memberikan sambutan dalam perayaan ulang tahun Jenderal (Purn) Djoko Santoso di kediamannya di Jl Bambu Apus nomor 100, Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (8/9).
Prabowo pun mengungkapkan kekecewaannya terhadap keadaan saat ini. Ia melanjutkan, "Jadi kita sebagai prajurit untuk apa dulu berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan? Untuk melihat negara kita dikuasai oleh bangsa lain?"
Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengaku setiap bertanya kepada masyarakat rata-rata mengatakan jika hidup saat ini semakin susah. Fadli meminta pemerintah tidak menipu diri sendiri dengan menyajikan angka-angka yang menyebut seolah-olah kehdupan saat ini telah makmur dan sudah berhasil, dan sebagainya.
Pemerintah, pinta dia, lebih baik menghadapi kenyataan yang saat ini terjadi. "Ya tanya sama rakyatlah. Rakyat yang merasakan kehidupan semakin mudah atau susah," kata Fadli.
Rakyat menanggung beban ekonomi yang berat. Fadli menyebut tingginya harga barang-barang dan jasa semakin menambah beban ekonomi masyarakat.
Menurut Fadli, beban ekonomi juga turut dirasakan para pengusaha. Mereka pada umumnya merasakan kesulitan yang serupa dengan yang dirasakan rakyat kecil. "Itu bukan hoaks. Itu mereka rasakan," tegas dia.
Politikus partai Gerindra itu mengatakan persoalan ekonomi negara merupakan hal yang lebih penting ketimbang membentuk tim sukses (timses) pemenangan presiden. Pembentukan timses bukan merupakan hal sulit untuk dilakukan.
Mengutip pendapat Prabowo Subianto, Fadli menyatakan membentuk timses itu merupakan pekerjaan teknis, berbeda dengan persoalan ekonomi rakyat yang merupakan persoalan substansial.
Rupiah menyentuh level psikologis Rp 14.900 pada pekan lalu. Dengan berbagai intervensi Bank Indonesia (BI), rupiah menguat tipis menjadi Rp 14.884 per dolar AS berdasarkan kurs tengah BI pada akhir pekan ini.
Pada Jumat (7/9) rupiah berada pada level Rp 14.891 per dolar AS. Adapun IHSG menguat 75,37 poin atau 1,3 persen ke level 5.851,46 pada Jumat yang sama.