REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), Dharmawan Samsu, mengatakan bahwa saat ini Pertamina sedang mempersiapkan anak usaha baru untuk mengelola Blok Rokan. Blok yang memiliki cadangan minyak terbesar ini nantinya, kata Dhamawan, akan dikelola secara khusus oleh anak usaha Pertamina.
Dharmawan mengatakan pembentukan anak usaha baru ini namun sampai saat ini masih proses. Ia belum bisa menjelaskan secara detail seperti apa anak usaha baru yang akan mengelola Blok Rokan ini. Namun, kata Dhamawan harapannya dengan anak usaha yang khusus mengelola Blok Rokan maka akan membuat Pertamina lebih fokus menjaga produksi Blok Rokan.
"Saat ini masih dalam pembahasan internal induk. Tetapi memang kita ada arah ke sana untuk membuat anak usaha baru yang khusus untuk mengelola Blok Rokan," ujar Dharmawan saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (9/9).
Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan penandatanganan alih kelola Blok Rokan kepada Pertamina akan dilakukan dalam waktu dekat. Alih kelola ini akan dilakukan usai Pertamina membereskan pembentukan anak usaha baru yang nantinya khusus akan mengelola Blok Rokan.
Arcandra mengatakan, nantinya Blok yang memiliki produksi minyak terbesar di Indonesia ini akan dioperasikan oleh anak usaha Pertamina. Anak usaha inilah yang akan melakukan PIC.
"Pertamina sedang siapkan anak usahanya. Beda dengan PHE. Ini anak usaha baru. Ini butuh waktu, karena kan mereka juga butuh ke Kumham dan beberapa proses," ujar Arcandra di Kementerian ESDM, kemarin.
Arcandra menjelaskan proses pembentukan anak usaha baru ini selain untuk bisa memberikan kelulasaan kepada Pertamina, juga harapannya anak usaha ini bisa lebih fokus dalam mengoperasikan Blok Rokan. Harapannya, nanti saat Blok Rokan sudah mulai produksi kembali, maka target produksi akan tetap stabil.
"Tahun ini, kami harapkan pembentukan anak usaha ini selesai," ujar Arcandra.
Arcandra juga menjelaskan, selain membentuk anak usaha baru, Pertamina dalam menjalankan Blok Rokan juga perlu melunasi pembayaran bonus tanda tangan dan jaminan pelaksanaan. Bonus tanda tangan yang harus dibayarkan Pertamina mencapai 783 juta dolar atau Rp 11,3 triliun.
Sedangkan komitmen pastinya sebesar 500 juta dolar. Nantinya Pertamina membayar 10 persen dari komitmen pastinya itu sebagai jaminan pelaksanaan.
Mengacu data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Blok Rokan masih bisa menghasilkan 207.148 barel per hari (bph) dari target 213.551 bph. Itu setara dengan 26 persen produksi nasional.
SKK Migas pun memprediksi lifting minyak Rokan di akhir 2018 akan mencapai 205.952 barel per hari (bph) atau dalam setahun sekitar 75 juta barel. Dengan capaian itu, Blok Rokan bisa menghasilkan pendapatan kotor hampir Rp 72 triliun. Ini dengan asumsi rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) saat ini sebesar 66,55 miliar dolar AS dan nilai tukar 1 dolar AS sebesar Rp 14.441.
Capaian itu tentu akan lebih besar jika menggunakan asumsi harga minyak yang mengalami tren naik ke level 70 dolar AS per barel. Potensi tersebut bahkan melampaui target laba Pertamina tahun ini sebesar 2,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 36 triliun. Adapun, berdasarkan laporan keuangan yang sudah diaudit, pendapatan Pertamina sepanjang 2015 mencapai 42,5 miliar dolar AS.