Ahad 09 Sep 2018 20:01 WIB

MUI: Tahun Baru Islam adalah Momen Hijrah

Muslim berhijrah dapat menciptakan interaksi sosial yang dinamis dan kondusif.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Teguh Firmansyah
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan menilai Tahun Baru 1440 H adalah momen untuk hijrah. Bagi setiap umat yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah akan memberikan balasan berupa kemenangan.

"Tahun Baru Hijriyah ini tidak sekedar berpindahnya Rasulullah SAW dari Makkah dan Madinah. Lebih jauh adalah bagaimana diingatkan oleh Allah dalam Alquran bahwa kalau orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah akan dibalas dengan kemenangan," ujar Amirsyah saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (9/9).

Kemenangan yang didapat oleh orang yang beriman lalu melakukan hijrah dan jihad akan mendapat dua hal secara bersamaan. Selain kemuliaan dari Allah, juga hubungan secara horizontal sesama manusia yang membaik.

Amirsyah menilai jika seseorang telah berhijrah, ia dapat menciptakan interaksi sosial yang dinamis dan kondusif. Ini baik untuk menciptakan suasana harmonis antarsesama anak bangsa di Indonesia.

Baca juga, Muharram Awal Kebangkitan Islam.

Memasuki tahun politik, ia pun menyebut hijrah penting untuk dilakukan. Hijrah diartikan dalam menghadapi situasi politik yang lebih kondusif dan damai. "Menjelang tahun politik, hijrah lebih ke makna dalam menghadapi situasi politik. Boleh terdapat perbedaan pilihan, tapi harus tetap satu tekad dalam memperkuat ukhuwah," lanjutnya.

Menurut Amirsyah, politik tidak menghentikan umat Islam dalam memperkuat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah kemanusiaan, dan ukhuwah insaniyah. Tiga hal ini bisa dijadikan perekat dalam memaknai hijrah dan mempersatukan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

"Umat Islam harus bersatu dan kompak dalam mensukseskan agenda politik ke depan dan memilih pemimpin yang sesuai dengan pilihan hati nurani masing-masing," kata Amirsyah.

Ia meminta umat untuk menanyakan pada hati nurani dan diri sendiri untuk pilihan politiknya. Persatuan dan kesatuan hanya bisa dilaksanakan ketika ada kesadaran kolektif dari anak bangsa. Ini hanya bisa dilakukan melalui sikap hijrah untuk melaksanakan yang terbaik dari yang baik, serta meninggalkan yang buruk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement