REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar memperpanjang kerja sama dengan Shizuoka-Jepang. Menurut Sekda Provinsi Jabar Iwa Karniwa, untuk memperluas kerja sama tersebut, Pemprov Jabar menunjuk pengusaha milenial yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jabar.
"Kami pilih Hipmi karena begitu ditawarkan mereka langsung quick respons. Mereka kan merupakan kalangan start up bisnis dan milenial," ujar Iwa Karniwa di acara Peresmian Lembaga Persahabatan Jabar-Shizuoka, akhir pekan.
Iwa berupaya agar langkah yang diambil, bisa menjadi lebih cepat dan menindaklanjuti keja sama business to business. "Kadin sudah besar dan mapan. Sementara milenial (Hipmi) punya inovasi yang luar biasa. Kami berupaya memberikan peluang yang sama kepada semua pihak," katanya.
Iwa berharap, dengan diresmikannya Lembaga Persahabatan Jawa Barat-Shizuoka bisa mempermudah komunikasi antara pengusaha Jabar Shizuoka. "Pusat otomotif ada di Kota Hamamatsu, Shizuoka. Nanti industri turunan jasa dan lainnya yang bisa dikerjasamakan," katanya.
Iwa juga berharap, semua pengusaha di Hipmi bisa bekerja keras mengembangkan usaha, bekerja sama di antara anggota, membangun network, dan yang paling penting menjaga dan menempati janji sesuai kontrak terkait kualitas produk/jasa, pengiriman tepat waktu, pembayaran dan lainnya.
"Itu merupakan langkah promosi efektif untuk memperluas jangkauan usaha," ucap Iwa. Hal ini, karena dengan demikian akan lahir kepercayaan tinggi terhadap pengusaha Jabar. Dengan demikian pemerintah juga akan senang karena bisnis pengusaha akan semakin besar dan bisa menyerap tenagakerja.
Ketua Pokja Kewirausahaan BPD HIPMI Jabar Helma Agustiawan mengatakan, kerja sama bisnis dengan Shizuoka akan membuka pasar ekspor baru di luar pasar tradisional (Amerika). Selain itu, juga untuk mendorong perdagangan luar negeri yang kini tengah lesu akibat perang dagang Cina-Amerika.
Tidak hanya itu, kata dia, kerja sama business to business dengan pengusaha di Jepang diharapkan mengurangi ketergantungan terhadap dollar. Karena, pengusaha dari kedua negara bisa menentukan mata uang yang akan digunakan untuk transaksi, misalnya menggunakan Euro atau Yen.
"Selain Jepang, kami juga mengembangkan pasar ekspor ke Uni Eropa melalui Belanda dan Belgia. Salah satunya dengan ekspor ikan," kata Helma.