REPUBLIKA.CO.ID, Een Qurotul Ain awalnya bercita-cita menjadi seorang apoteker. Apalagi, keempat saudara kandungnya berprofesi sebagai dokter. Untuk itu, dia bergelut dalam pendidikan farmasi,
Namun Een justru merasa terpanggil untuk melestarikan dan memperkenalkan batik khas Indramayu yang dikenal dengan nama batik Paoman. Ia tak ingin batik Paoman hanya dikenal dalam bentuk kain atau pakaian. Ia ingin memberikan nilai lebih batik Paoman dalam varian yang lain yakni tas.
Een yang pada 2010 sedang menempuh pendidikan profesi sebagai apoteker di Jakarta mulai mencoba untuk memproduksi tas batik. Dia pun belajar membuat tas secara otodidak dari internet. Dia juga selalu memperhatikan model-model tas yang disukai konsumen.
''Waktu itu saya buat tas batik di Jakarta. Bahan batiknya saya ambil dari Paoman (Indramayu),'' ujar Een, saat ditemui Republika di rumahnya di Kelurahan Paoman, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, akhir pekan kemarin.
Een kemudian memberikan merk tasnya dengan nama Tekav. Nama tersebut diambil dari huruf depan nama anaknya, Titan Keira Viera. Dia lantas menjual tas batik buatannya secara online. Ternyata, tas batiknya mendapat sambutan antusias dari para konsumen. Hal itu akhirnya memantik semangatnya untuk lebih serius menggeluti bisnis tas batik.
Tas Tekav (Lilis Sri Handayani /Republika)
Een pun memilih meninggalkan dunia farmasi. Pada 2012, dia pulang ke kampung halamannya di Paoman agar lebih fokus dalam mengembangkan usahanya. Dia juga merekrut sejumlah tenaga kerja yang sudah terlatih dalam pembuatan tas. Tas Tekav pun makin dikenal di dunia maya. Karenanya, tak sedikit warga di sekitar Indramayu, yang akhirnya datang langsung ke rumah Een untuk membeli tas Tekav.
''Mereka tahu tas Tekav dari internet, kemudian datang langsung ke sini untuk membelinya,'' tutur Een.
Untuk lebih menunjang penjualan secara offline dan menarik minat konsumen, Een kemudian mendirikan Galeri Tekav. Galeri itu didirikan di lokasi usaha batik Paoman Art, milik ibunya yang memang juragan batik Paoman, Ibu Sudiono.
Tak hanya tas batik, Een juga mendapat banyak pesanan tas kulit. Tak mau mengecewakan pelanggan, dia pun mulai membuat tas kulit pada 2014. Dengan kualitas yang memuaskan, tas kulit Tekav akhirnya banjir pesanan.
Meski kewalahan dengan banyaknya pesanan tas kulit, namun Een tetap memperhatikan kualitas. Pembuatan desain, pola, prototipe tas kulit, pemotongan dan penipisan kulit, hingga penjahitan kulit sampai terbentuk sebuah tas, selalu dipantaunya. Dia ingin kualitas tas yang diproduksi tetap terjaga dan tak mengecewakan konsumen.
Tas Tekav (Lilis Sri Handayani /Republika)
Untuk pemasaran tas Tekav secara luas, Een memang masih mengandalkan sistem online. Dengan sistem itu, tas Tekav sudah dipasarkan ke seluruh daerah di Indonesia. Bahkan, tas Tekav juga dikirimkan ke berbagai negara, seperti Malaysia, Singapura, Swiss, Inggris dan Australia.
Untuk harganya, tas Tekav dibandrol dengan harga diatas Rp 500 ribu hingga jutaan rupiah per buahnya. Sedangkan dari sisi omzet, setiap pekerja bisa memproduksi 30 – 50 tas per bulan. Dengan lima orang pekerja, maka omset tas Tekav bisa mencapai ratusan buah per bulannya.
Een pun terus memproduksi tas, baik tas batik maupun tas kulit, tanpa mesti menunggu ada pesanan. Dengan demikian, para pekerjanya bisa terus bekerja dan memperoleh penghasilan.
''Saya ingin tas Tekav bisa berkembang lebih luas dan bisa membawa nama harum Indramayu, '' tandas Een.