Senin 10 Sep 2018 11:31 WIB

Harga Minyak Naik Didorong Penurunan Pengeboran AS

Sanksi AS terhadap Iran membantu mendorong harga.

Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Harga minyak naik pada perdagangan Senin (10/9) karena pengeboran AS untuk produksi baru menurun. Selain itu, tingginya harga minyak juga didorong oleh kekhawatiran pasar atas penerapan sanksi-sanksi Washington terhadap ekspor minyak mentah Iran dimulai pada November.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), berada di 67,96 dolar AS per barel pada pukul 01.50 GMT, naik 21 sen AS atau 0,3 persen, dari penutupan terakhirnya. Patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent naik 30 sen AS atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 77,13 dolar AS per barel.

Perusahaan-perusahaan energi AS mengurangi dua rig pengeboran minyak pekan lalu. Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan pada Jumat (7/9) mengatakan total pengeboran menjadi 860 rig. Jumlah rig AS mengalami stagnasi sejak Mei setelah mengalami pemulihan sejak 2016. Jumlah ini mengikuti kemerosotan tajam tahun sebelumnya di tengah jatuhnya harga minyak mentah.

Di luar Amerika Serikat, sanksi-sanksi baru AS terhadap ekspor minyak mentah Iran mulai November membantu mendorong harga. Konsultan energi FGE mengatakan, beberapa pelanggan utama Iran seperti India, Jepang dan Korea Selatan sudah mengurangi kembali minyak mentah Iran.

"Pemerintah bisa bicara keras. Mereka dapat mengatakan akan membela Trump dan/atau mendorong untuk keringanan-keringanan (sanksi). Tetapi umumnya perusahaan yang kami ajak bicara mengatakan bahwa mereka tidak akan mengambil risiko," kata FGE.

Dengan aktivitas rig AS yang menurun dan sanksi-sanksi terhadap Iran semakin dekat, prospek pasar minyak semakin ketat. "Investor sebagian besar telah berubah positif lagi, mereka menyambut kembalinya backwardation (pembelian kontrak berjangka dengan harga lebih rendah dari biaya kontrak dengan penyerahan aset)," kata Edward Bell, analis komoditas di bank Emirat NBD.

Backwardation menggambarkan pasar di mana harga untuk pengiriman segera lebih tinggi daripada harga untuk pengiriman kemudian. Hal ini dianggap sebagai tanda kondisi yang ketat memberikan insentif kepada pedagang untuk segera menjual minyak daripada menyimpannya. Backwardation Brent antara Oktober tahun ini dan pertengahan 2019 saat ini sekitar 2,20 dolar AS per barel.

Sementara itu, Washington memberikan tekanan pada negara-negara lain untuk menyesuaikan juga memotong impor dari Iran. Pihaknya juga mendesak produsen utama lainnya untuk menaikkan produksi mereka agar tidak menciptakan lonjakan harga yang terlalu kuat.

Menteri Energi AS Rick Perry akan bertemu rekan-rekannya dari Arab Saudi dan Rusia masing-masing pada Senin dan Kamis (13/9). Pemerintahan Trump meminta eksportir dan produsen terbesar dunia untuk mempertahankan kenaikan produksi mereka.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement