Senin 10 Sep 2018 13:30 WIB

Uu Akui Belum Terbiasa Sebagai Wakil Gubernur Jabar

Uu hari ini memimpin upacara Hari Olahraga Nasional di halaman Gedung Sate.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andri Saubani
Prosesi penyambutan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum di Halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (6/9).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Prosesi penyambutan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum di Halaman Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Beberapa hari pascapelantikan, Uu Ruzhanul Ulum mengakui belum terbiasa menyebut dirinya sebagai Wakil Gubernur Jabar. Mantan bupati Tasikmalaya ini mengatakan, dirinya beberapa kali hampir salah menyebut jabatan dan wilayah yang dipimpinnya.

Menurut Uu, ia memang membutuhkan waktu penyesuaian yang cukup agar terbiasa dengan jabatan barunya tersebut. Jangan sampai, kebiasan dirinya menyebut diri sebagai Bupati Tasikmalaya yang memimpin Kabupaten Tasikmalaya terus terjadi.

"Barusan juga, saya dalam sambutan hampir menyebut bupati dan kabupaten. Namanya manusia, masih belum terbiasa, karena ini baru," ujar Uu seusai memimpin Upacara Hari Olahraga Nasional di halaman Gedung Sate, Senin (10/9).

Uu menjelaskan, akibat lebih dari lima tahun memimpin Kabupaten Tasikmalaya, dirinya pun terbiasa dengan istilah bupati dan kabupaten, daripada gubernur dan Jabar. Bahkan, ia sempat menyebut dirinya wakil bupati, bukan wakil gubernur.

"Tidak apa-apa karena belum terbiasa, tapi yang penting mengubah wawasan dan paradigma. Yang dipikiran bukan satu kabupaten lagi, tapi orientasinya Jabar. Kalau masih paradigma kabupaten, saya salah," katanya.

Walaupun belum terbiasa dengan jabatannya, menurut Uu, ia sudah terbiasa dengan bangunan Gedung Sate karena sering mengunjunginya saat ada kedinasan sebagai Bupati Tasikmalaya. Ia pun, baru kali ini dirinya berkantor di Gedung Sate.

"Ya saya berharap betah ngantor di gedung paling bersejarah di Kota Bandung ini," katanya.

Saat ini, menurut Uu, dirinya belum sempat pindah rumah ke rumah dinas di Jalan Rancabentang di Kota Bandung, dari rumahnya di Kabupaten Tasikmalaya. Uu pun tidak mau ambil pusing dengan hal tersebut.

"Yang penting kerjanya. Kalau rumah ya di mana saja. Yang penting harus bagaimana melayani masyarakat, sesuai dengan tupoksi, semaksimal mungkin," katanya.

Saat ini, Uu pun belum secara rinci melakukan pembagian tugas bersama Ridwan Kamil dan membahasnya dengan semua jajaran Pemprov Jabar. Namun, semua hal harus dikerjakannya sesuai aturan.

"Saya belum, baru wacana-wacana yang dibiacarakan, kalau saya harus mengurus desa, lembaga, kabupaten. Tapi kan belum diresmikan dengan cara kita bicara bersama Kang Emil dengan birokrat, baru wacana," katanya.

Sebagai wakil gubernur, kata dia, sangat tahu posisinya sendiri dan harus bisa menyelaraskan diri dengan Ridwan Kamil. Jangan sampai, dirnya bergerak di pemerintahan tanpa koordinasi.

"Kalau wakil totorojolan, moal ngeunah. Karena saya pengalaman di kabupaten seperti itu, kalau wakil bupati totorojolan moal ngeunah. Saya tetap sami'na waato'na bekerja sama jangan sampai ada yang pisahkan saya dengan Kang Emil," katanya.

Di bawah pemerintahannya bersama Ridwan Kamil, Uu akan memprioritaskan pembangunan berbagai sarana olahraga prestasi maupun rekreasi. Hal ini telah dimulai pemerintahan sebelumnya yang bertekad membangun sarana olahraga di setiap kabupaten dan kota.

Adapun, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil ingin merombak Gedung Sate pada awal kepemimpinannya. Hal tersebut dilakukan supaya keberadaan Kantor Gubernur yang juga merupakan bangunan bersejarah tersebut semakin ramah terhadap warga, khususnya kepada wisatawan.

"Saya ingin merombak Gedung Sate besar-besaran termasuk monumennya. Mudah-mudahan terlaksana karena program saya ini ada yang 100 hari, satu tahun, tiga tahun, lima tahun. Kalau yang menata ini bisa satu tahun selesai," kata Ridwan Kamil di Gedung Sate Bandung, Jumat (7/9).

Ia memastikan rencana untuk merombak Gedung Sate tersebut tidak akan menyalahi aturan terkait keberadaannya sebagai bangunan bersejarah atau heritage. Dia menuturkan sebagai seorang arsitek banyak bagian di Gedung Sate yang mubazir keberadaannya dan hal tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk masyarakat.

"Seperti di bagian ruang belakang Gedung Sate atau halaman belakangnya. Sehingga Gedung Sate itu jangan terkesan angker, formal. Seharusnya jangan begitu. Ini kan rumah rakyat, selama tidak masuk ke ruangan private-nya, masyarakat boleh berinteraksi," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement