Senin 10 Sep 2018 14:45 WIB

Iran Siap Bantu Suriah Hadapi Amerika Serikat

Iran membantah memiliki pabrik senjata di Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Pasukan Garda Republik Iran.
Foto: Irib
Pasukan Garda Republik Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Penasihat militer senior untuk Pemimpin Revolusi Islam Iran Brigadir Jenderal Hossein Dehqan mengatakan, negaranya siap membantu Suriah jika ingin menghadapi Amerika Serikat di Eufrat Timur. Menurutnya, AS memang harus hengkang dari Suriah karena datang ke negara tersebut tanpa diminta atau diundang.

"Jika Pemerintah Suriah dan rakyat Suriah ingin menghadapi AS di Eufrat Timur dan mencari bantuan Iran, Iran siap untuk mendukung Damaskus dalam konfrontasi ini," ujar Dehqan ketika diwawancara RT News Channel pada Ahad (9/9), dikutip laman Iran Front Page.

Pada kesempatan tersebut, Dehqan pun menyangkal tudingan yang menyebut Iran memiliki pabrik senjata di Suriah. “Kami tidak memiliki pabrik senjata di sana, itu tidak benar. Kami tidak membangun senjata di Suriah,” ucapnya.

Kemudian terkait operasi militer yang tengah berlangsung di Provinsi Idlib, Dehqan menyatakan Iran akan membantu Suriah menumpas kelompok teroris dan milisi bersenjata yang menguasai wilayah tersebut. Para milisi tersebut dinilai telah mengganggu keamanan di sana. “Kami harus berurusan dengan teroris di sana dan melenyapkan mereka,” ujar Dehqan.

Baca juga, Suriah dan Rusia Tingkatkan Serangan Idlib.

Serangan militer ke Idlib telah dimulai sejak Selasa pekan lalu. Serangan udara dilancarkan ke wilayah yang masih dikuasai kelompok pemberontak penentang Presiden Suriah Bashar al-Assad tersebut. Rusia turut membantu Suriah dalam serangan itu.

Pasukan Pemerintah Suriah dan Rusia menggempur wilayah selatan Idlib pada Ahad (9/9). Serangan udara dan pemboman menyebabkan sedikitnya lima orang tewas.

Serangan pada Ahad kemarin mengincar desa-desa di selatan Idlib dan provinsi Hama utara. “Seorang bayi dan seorang anak kecil tewas di desa Habeit di selatan Idlib dalam serangan bom barel,” kata White Helmets, kelompok pertahanan sipil yang beroperasi di wilayah yang dikuasai pemberontak, dikutip laman Aljazirah.

Kemudian tiga korban lainnya adalah anggota kelompok gerilyawan. Satu di antaranya dilaporkan seorang perwira. Anggota White Helmets Abd al-Karim al-Rahmoun mengatakan sekitar setengah dari populasi penduduk di Hama utara telah mengungsi guna menghindari pengeboman oleh pasukan Suriah dan Rusia.

Sementara itu kelompok pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan, selama 72 jam terakhir, pasukan Suriah dan Rusia telah melakukan 1.060 kali serangan udara ke Idlib.

“Sebagai tanggapan, al-Jabha al-Wataniya lil-Tahrir (NLF), kelompok oposisi bersenjata utama, pada Ahad, menembaki posisi pasukan pemerintah (Suriah) di Hama utara,” ungkap SOHR.

PBB telah memperingatkan, serangan ke Idlib, yang dihuni 2,9 juta orang, berpotensi menciptakan keadaan darurat kemanusiaan dalam skala yang belum terlihat sebelumnya. Jumlah warga Idlib yang membutuhkan bantuan, yang saat ini sudah cukup tinggi, akan melonjak tajam. Sementara itu, 800 ribu orang diperkirakan dapat mengungsi bila serangan besar-besaran terjadi di sana.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement