REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan pemerintah akan menjaga stabilitas dan kepercayaan pasar, meski rupiah saat ini masih lemah.
Menurut Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara Kemenkeu Robert Leonard, menjaga kepercayaan pasar penting agar mengurangi dampak negatif dari faktor eksternal. Apalagi, kata ia, semua negara saat ini mayoritas mengalami pertumbuhan.
"Ekonomi Cina dan India sedang tumbuh. Berarti sebaran ekonomi dunia sedang bertumbuh pula. Semua negara masih positif, di tahun 2019 juga masih postif, semua negara juga masih positif. Berarti kita masih akan tetap panjang nafasnya perekonomiannya,” kata Robert dalam diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Senin (10/9).
Baca juga, Rupiah Kembali Melemah, Ini Penjelasan Sri Mulyani.
Dia menambahkan, jika dilihat dari nilai tukar memang masih landai begitu juga dengan pergerakan rupiah. Sementara negara lain, kata Robert, seperti Argentina dan Turki turbulensinya masih akan tinggi.
"Inflasi juga masih di bawah, suku bunga juga landai. Jika landai artinya masih dipercaya investor. Tingkat suku bunga yang diberikan juga turun, bukan naik. Jika dilihat kepercayaan konsumen Indonesia sangat tinggi,” ujar Robert.
Selanjutnya, Robert optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tinggi yang berarti kontribusinya masih positif. Menurutnya, penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi yaitu sektor primer dari pertanian. Selain itu, Robert melihat perkembangan dari logistik dan e-commerce juga sangat bagus.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kini masih dalam tekanan. Rupiah berada di level Rp 14.800 per dolar AS.