REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PP Pemuda Muhammadiyah menyebut ada makna politik di balik peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah menuju Yastrib (Madinah). Tahun Baru Islam 1 Muharram atau 1440 H dipilih dari peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW.
“Makna hakikinya adalah peristiwa hijrah itu adalah peristiwa politik,” kata Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak kepada Republika.co.id, Selasa (11/9).
Ia menjelaskan hijrahnya Rasulullah SAW adalah kondisi di mana Allah SWT memandu untuk meninggalkan peradaban dan keadaban yang abai terhadap nilai kemanusiaan dan ketuhanan yang hakiki di Makkah. Hijrahnya Rasulullah SAW ke Yastrib dapat dilihat dari adanya toleransi dan diterimanya nilai-nilai yang dibawa beliau. Rasulullah SAW selalu membawa modal persatuan dan persaudaraan sesama manusia.
Karena itu, Dahnil beranggapan momentum Tahun Baru Islam dapat diartikan untuk bergerak menuju peradaban Indonesia yang lebih baik. Artinya, toleransi, perdamaian, dan akal sehat hadir di tengah masyarakat. “Modalnya adalah persatuan dan saling bergotong royong antarumat Islam dan umat beragama lain,” ujar dia.
Dahnil mengingatkan Allah SWT selalu mempergilirkan kekuasaan, bahkan konstitusi. Ia berpesan jangan sampai masa depan mempermalukan kelompok karena tindakan buruk saat ini.