Rabu 12 Sep 2018 17:29 WIB

Rini Bantah BUMN Terlalu Banyak Pakai Dolar AS

perusahaan BUMN dianjurkan untuk memakai pinjaman luar negeri untuk investasi

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri BUMN Rini Soemarno.
Foto: Antara
Menteri BUMN Rini Soemarno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tertekannya Rupiah saat ini memaksa para pengusaha dan BUMN tidak memakai dolar untuk melakukan investasi, atau mengeluarkan dolar dari dalam negeri ke luar untuk alasan investasi. Menteri BUMN, Rini Soemarno malah mengatakan, untuk alasan investasi, perusahaan BUMN dianjurkan untuk memakai pinjaman luar negeri sehingga bisa membawa masuk dolar AS ke dalam negeri.

Rini menjelaskan dalam hal investasi memenuhi kebutuhan barang modal, BUMN diarahkan untuk mengatur kembali pinjaman mereka. Jika sebelumnya banyak pinjaman dalam jangka pendek, diubah menjadi pinjaman jangka panjang dan krediturnya berasal dari bank luar negeri.

"Fasilitas pinjaman yang ada 3 sampai 5 tahun kami manfaatkan, sehingga penggunaan dolar AS kami jadi sedikit. Contohnya, Pertamina dengan memenangkan (Blok) Rokan kan harus membayar signature bonus kira-kira 700 juta dolar AS, itu kami akan narik pinjaman jangka menengah dari bank offshore, dolar AS base," ujar Rini di Energy Building, Rabu (12/9).

Rini menjelaskan sementara jika kebutuhan BUMN dapat dipenuhi dengan pinjaman jangka pendek, rentang waktunya tetap diperpanjang. Misalnya, dari yang sebelumnya 3 bulan diperpanjang menjadi 8 hingga 12 bulan.

"Perpanjangan jangka waktu saja. Kita ngomongin BBM (bahan bakar minyak), peralatan-peralatan PLN untuk power plant, itu hampir semua kami masih impor, ambil (pinjaman) dari offshore supaya tidak menekan rupiah kita karena kebutuhan dolar AS jangka pendek kami perpanjang," ucap Rini.

Disatu sisi, Rini menjelaskan salah satu langkah pemerintah untuk bisa meningkatkan cadangan devisa adalah menggenjot BUMN yang berpotensi ekspor untuk bisa lebih menggiatkan kegiatan ekspornya. Rini menjelaskan, salah satu sektor potensial yang bisa menyedot dolar kedalam negeri adalah sektor tambang.

Rini mengatakan holding Tambang yang terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Bukit Asam (PTBA), PT Timah dan PT Aneka Tambang (Antam) mentargetkan kontribusi pendapatan negara dari hasil ekspor sebesar 2,5 miliar dolar AS pada tahun ini.

"Ini salah satu bukti, bahwa kita di BUMN juga menggenjot ekspor untuk bisa menjaga neraca perdagangan kita," ujar Rini.

Sumbangsih terbesar berasal dari PT Antam yang hingga akhir tahun nanti akan berkontribusi sebesar 1,04 miliar dolar AS. Sedangkan dari PTBA sendiri, karena harga batubara sedang membaik, berkontribusi sekitar 829 juta dolar AS dari ekspor.

Sementara untuk Timah, akan berkontribusi sebesar 563 juta dolar AS. Sedangkan Induk Holding sendiri, Inalum berkontribusi 79 juta dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement