REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Fransiskus, memanggil sejumlah uskup senior dari berbagai belahan dunia untuk mengikuti rapat dengannya. Juru bicara Vatikan mengungkapkan para kepala uskup nasional gereja Katolik itu akan bertemu Paus Fransiskus pada 21-24 Februari 2019.
Seperti dikabarkan Reuters dari kota Vatikan, juru bicara tersebut mengatakan bahwa pelecehan seksual adalah topik utama rapat itu. Mereka diajak untuk menghadiri rapat soal perlindungan terhadap anak-anak yang rentan menjadi korban pelecehan seksual di gereja.
Gereja Katolik menghadapi skandal pelecehan seksual di negara besar, seperti di Amerika Serikat, Cile, Australia, Irlandia, dan Jerman. Majalah "Der Spiegel" pada Rabu melaporkan bahwa penelitian Keuskupan Jerman menunjukkan bahwa 1.670 pendeta melakukan pelecehan seksual terhadap 3.677 anak di bawah umur selama 70 tahun di negara tersebut.
Pada Kamis, Paus Fransiskus bertemu dengan sejumlah pemimpin gereja Amerika Serikat untuk membahas laporan dari Jerman dan skandal melibatkan mantan kardinal Amerika Serikat. Selain itu, Uskup Agung asal Italia, Carlo Maria Vidano, pada bulan lalu menuding Paus selama bertahun-tahun mengetahui pelecehan oleh mantan kardinal Amerika Serikat, Theodore McCarrick, dan tidak melakukan apa-apa.
Vigano mengaku memberi tahu Paus Fransiskus sejak 2013 mengenai McCarrick, yang dituding melakukan hubungan seksual dengan seorang pria dewasa. McCarrick mengundurkan diri pada Juli akibat tudingan berbeda, yaitu pemerkosaan terhadap remaja berusia 16 tahun sekitar 50 tahun lalu.
Paus Fransiskus mengatakan "tidak akan mengatakan apa-apa" mengenai tudingan Vigano. Namun, Vatikan menyiapkan tanggapan.
Sementara itu, dalam kunjungannya ke Irlandia pada akhir Agustus (25/8) lalu, Paus Fransiskus mengakui adanya skandal besar di Irlandia dengan pelecehan anak muda oleh anggota gereja. Ia merasa malu akan hal tersebut.
"Kegagalan pejabat gereja - uskup, atasan keagamaan, imam dan lain-lain- mengatasi kejahatan menjijikkan itu menimbulkan kemarahan dan tetap menjadi sumber rasa sakit dan malu bagi masyarakat Katolik," kata Fransiskus pada resepsi kenegaraan, yang dihadiri beberapa korban pelecehan itu.
Salah satu korban kejahatan tersebut, yang hadir, Colm O'Gorman, menyebut pernyataan Paus itu upaya mengejutkan pembelokan, yang tidak mengakui peran Vatikan dalam menutupi kejahatan tersebut. "Itu cukup mengejutkan sebenarnya dalam beberapa hal," kata O'Gorman, pegiat terkemuka melawan kejahatan tersebut, kepada penyiaran negara RTE.