Kamis 13 Sep 2018 09:34 WIB

Tony Blair: Harus Ada Strategi Global Lawan Ekstremisme

Blair mengatakan Muslim adalah korban utama ekstremisme.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Tony Blair
Foto: EPA/Duc Thanh
Tony Blair

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan perdana menteri Inggris Tony Blair memperingatkan ancaman militan yang terus tumbuh. Menurut dia, strategi pendekatan menanggulangi ancaman yang ada saat ini akan gagal, kecuali ada strategi global mengatasi akar ekstremisme.

Hal itu diungkapkan saat meluncurkan Global Extremism Monitor oleh Institut Perubahan Global yang selama ini melacak insiden ekstremisme. Blair menegaskan memperketat keamanan saja tidak cukup. Pemerintah harus lebih fokus pada pencegahan.

Dalam laporannya, lembaga itu menemukan ada 121 kelompok militan yang beroperasi secara global. Kelompok itu bertanggung jawab atas lebih dari 84 ribu kematian pada 2017, terutama di Suriah, Irak, Afghanistan, Somalia, dan Nigeria.

Blair yang menjabat sebagai perdana menteri dari 1997 hingga 2007 mengatakan, dunia telah menghabiskan ratusan miliar dolar AS setiap tahun untuk keamanan di bandara dan tindakan kontraterorisme. Namun, hanya sedikit yang mampu mengatasi ideologi ekstremisme.

Dia menyerukan pembelanjaan lebih tinggi untuk pendidikan dan pembangunan, berinvestasi di negara-negara yang dilanda perang, dan mendukung para pemimpin Muslim bekerja melawan ekstremisme. “Tindakan keamanan akan sangat penting. Tetapi keamanan saja tidak akan pernah cukup. Itu hanya akan memperlambat kekerasan,” kata Blair, Kamis (13/9).

Kecuali, ia melanjutkan, ada keinginan global menjawab tantangan memberantas ideologi Islamisme. Mantan perdana menteri yang memimpin Inggris dalam konflik Irak pada 2003, mengakui invasi bertanggung jawab atas kebangkitan ISIS yang sampai tahun lalu menguasai wilayah besar di Suriah dan Irak.

Blair mengatakan Muslim adalah korban utama ekstremisme dengan dua pertiga dari semua serangan yang ditujukan pada warga sipil. Padahal itu terjadi di negara-negara mayoritas Muslim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement