Kamis 13 Sep 2018 11:29 WIB

Melawan Hoaks di Pameran Lukisan Mooi Indie Utopia

Seni diharapkan menjadi panglima.

Rep: M Nashih Nasrullah/ Red: Muhammad Hafil
Wakil Ketua MPR dan seniman Giri Basuki dalam acara pembukaan pameran lukisan bertajuk Mooi Indie Utopia.
Foto: Dok Republika
Wakil Ketua MPR dan seniman Giri Basuki dalam acara pembukaan pameran lukisan bertajuk Mooi Indie Utopia.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Seniman Giri Basuki menggelar pameran lukisan tunggal bertajuk 'Mooi Indie Utopia' di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (12/9) malam. Pagelaran seni itu dilakukan atas kegelisahan sang seniman dengan kondisi Indonesia saat ini.

Salah satu yang dia resahkan adalah maraknya hoaks atau berita palsu yang berseliweran. Hal tersebut kemudian dia curahkan dalam lukisan-lukisannya yang dipamerkan. "Dengan tema mooi indie saya gelisah melihat kondisi Indonesia saat ini, apakah tidak ada lagi kedamaian di negeri ini," kata Giri usai pembukaan pameran lukisannya.

Acara pameran lukisan itu dibuka secara resmi oleh Wakil Ketua MPR, Muhaimin Iskandar. Dalam sambutannya, Muhaimin Iskandar meminta para pelaku seni tidak antipati terhadap politik. Karena, politik bisa digunakan sebagai alat untuk sarana memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia.

"Bagi saya politik hanyalah kosekuensi dari perjalanan kultural memperjuangkan cita-cita Nahdlatul Ulama yang telah diperjuangkan kakek buyut saya sejak dahulu. Jadi ini konsekuensi,"  kata pria yang akrab disapa Cak Imin itu.Mengenai sosok Giri, Cak Imin berpendapat bahwa dia mengenal Giri bukan hanya sebagai seniman, tetapi sebagai aktivis pembela demokrasi dan hak asasi manusia.

Menurut Cak Imin, dirinya mengaku bangga hadir dan membuka pameran lukisan tunggal karya Giri,  karena seni selalu menambah khasanah dan kekayaan keilmuan para pecinta dan pelaku seni itu sendiri.

"Seni menambah khasanah kita,  politik mengisi ruang-ruang kosong dalam kehidupan sosial masyarakat, " kata Cak Imin.

Cak Imin juga berharap ke depannya seni bisa menjadi panglima di Indonesia. Kalau era Soekarno politik jadi panglima, era Soeharto ekonomi jadi panglima dan era saat ini politik juga masih menjadi panglima. "Semoga di tahun mendatang seni dapat menjadi Panglima, " Ketua Umum DPP PKB ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement