REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Perserikatan Pemerintah Kota dan Pemerintah Daerah dunia di wilayah Asia Pasific atau yang dikenal dengan United Cities and Local Governments Asia-Pacific (UCLG ASPAC) menggelar kongres UCLG ASPAC ke-7 di Dyandra Convention Center Surabaya, 13-14 September 2018. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berharap, gelaran tersebut bisa menjadi ajang bertukar pikiran dan ide antar kota-kota se-Asia Pasifik.
"Kita bisa saling berbagi pengalaman, kita bisa semacam kerja sama antarkota untuk meningkatkan kualitas hidup di kota masing-masing," kata Risma ditemui seusai membuka acara di Dyandra Convention Center Surabaya, Kamis (13/9).
Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu meyakini, lewat forum dua tahunan tersebut, pemerintah kota yang terlibat bisa banyak belajar tentang pembangunan di kota-kota lainnya. Seperti dari Kota Huangzou, Cina, yang menurut Risma sangat maju di bidang teknologi. Kota-kota lain bisa memetik pelajaran teekait pengembangan teknologi di kota tersebut. "Aku juga tertarik untuk belajar kembangkan itu untuk anak-anak startup di Surabaya bagaimana bisa belajar dengan Huangzhou," ujar Risma.
Perempuan kelahiran Kediri itu pun meyakini, betapa banyak manfaat atas terselenggaranya kongres UCLG Aspak ke-7 tersebut. Terutama bagi kota-kota yang memiliki dana terbatas. Itu tak lain karena di sana, mereka bisa belajar secara langsung tanpa harus mengeluarkan uang.
"Tidak semua anggota UCLG Aspac ini merupakan ibu kota negara, jadi uangnya terbatas. Karena itu, kalau kita bisa membangun bersama-sama kita tinggal mencontoh tidak perlu mengeluarkan uang dan bisa langsung menerapkan," kata Risma.
Risma mengatakan, salah satu yang ingin ditonjolkan dalam pembicaraan di forum UCLG Aspac ke-7 tersebut adalah terkait penanganan bencana. Menurutnya, dalam upaya menghemat anggaran, maka yang akan dikedepankan dalam upaya penanganan bencana tersebut adalah pencegahan.
Bahkan, dalam upaya pencegahan pun, supaya biaya yang dihabiskan lebih murah, yang didorong adalah pendekatan budaya. "Sebenarnya ada kearifan-kearifan lokal yang bisa diangkat untuk penanganan bencana. Seperti di Phuket itu, warga menanam cemara udang yang besar sehingga dia terselamatkan dari tsunami," kata Risma.
Presiden UCLG Aspac Won Hee-ryong mengungkapkan, dalam forum UCLG Aspac ke-7 juga nantinya setiap kota akan berbagi ide terkait cara menciptakan kota yang layah anak. Selain itu, pembahasan lain yang ditonjolkan adalah terkait pengembangan smart city, serta pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs)
Won juga berharap, segala upaya yang dilakukan dalam upaya mengembangkan kota tersebut dilakukan dengan pendekatan budaya atau kearifan lokal. Sehingga, bisa lebih mudah diterima oleh masyarakat sekitar. "Jadi, bagaimana kebudayaan itu bukan hanya sekedar tari-tarian. Tapi, berpengaruh terhadap lingkungan, dan isu pembangunan kota," ujar Won.