REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Sejumlah kelompok masyarakat yang berdomisili di sepanjang aliran Kali Bekasi, Kota Bekasi, Jawa Barat mengungkapkan sedimen sungai di wilayah mereka belum dikeruk sejak 1973 hingga sekarang. "Sedimentasi Kali Bekasi saat ini terbilang tinggi. Pengerukan terakhir dilakukan pada 1973," kata Ketua Forum RW Perumahan Kemang Pratama, Chairil Anwar, di Bekasi, Kamis (13/9).
Menurut dia, sedimen Kali Bekasi menjadi pemicu utama banjir yang sering kali terjadi setiap musim hujan. Ia mendesak instansi terkait segera melakukan normalisasi kali itu dalam waktu dekat mengingat musim kemarau saat ini debit air sungai tengah mengalami penyusutan.
Hal senada disampaikan Pelaksana Tugas Ketua RW013 Perumahan Pondok Mitra Lestari, Rio Budianto. "Sedimentasi Kali Bekasi nampak dari status siaga banjir yang setiap tahunnya terjadi. Biasanya, status siaga 1 banjir kiriman dari Cileungsi berlangsung selama delapan jam (berdasarkan waktu perjalanan air dari Cileungsi menuju Kali Bekasi). Tapi sekarang cuma tiga sampai empat jam, kiriman air sudah sampai di Kali Bekasi," katanya.
Tingginya muka air sungai juga sering menjadi pemicu kerusakan tanggul di bantaran Kali Bekasi yang berbatasan dengan rumah penduduk. "Pada status siaga 1, muka air sungai sudah sejajar dengan badan jalan di lingkungan kami. Saat bendung di Kali Bekasi dibuka, tarikan air Kali Bekasi semakin kencang sehingga memicu erosi di tanggul kami," katanya.
Dia mengatakan situasi itu dialami tanggul Kali Bekasi yang kini berdiri di RT012/RW013 Pondok Mitra Lestari. Fondasi tanggul sudah bolong dengan diameter lubang mencapai lima meter akibat erosi. Bahkan, tanggul sepanjang tiga meter di lokasi itu nyaris roboh dan membuat resah sekitar 1.400 keluarga di perumahan itu.
Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C) Puarman mengungkapkan sedimen Kali Bekasi cukup membahayakan karena di dalamnya terkandung limbah industri yang tercampur dengan zat kimia. "Kali Bekasi memang sudah sangat parah pencemarannya oleh industri. Banyak limbah berbahaya yang kini mengendap pada sedimentasi sungai," katanya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Jumhana Luthfi, mengaku telah merespons desakan normalisasi Kali Bekasi dengan mengagendakan "Bersih-Bersih Kali Bekasi" pada 26 Oktober 2018. Kegiatan tersebut akan melibatkan unsur masyarakat bantaran sungai itu, seperti Komunitas Amphibi, Forum RW Kemang Pratama dan KP2C.
Jumhana juga menjanjikan pengerukan sedimen sungai itu secara bertahap dengan mengerahkan alat berat. "Lumpurnya itu harus di buang ke luar sungai supaya saat terjadi hujan, tidak terbawa air kembali ke sungai," katanya.
Total panjang Kali Bekasi mencapai 15,5 kilometer. Sebanyak empat zona di antaranya akan dilakukan kegiatan normalisasi, yakni Kemang Pratama 5, Kemang Pratama 3, Cipendawa, dan Presdo.