REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Al Gore membahas bencana iklim Siklon Florence dan Mangkhut yang sedang mendekati pesisir Amerika Serikat, Cina, dan Hong Kong dalam pertemuan "Cities4Climate: The Future Is Us" di Balai Kota San Francisco, Rabu (13/9).
Al Gore mengatakan bukti adanya perubahan iklim terlihat jelas dengan adanya badai besar yang mendekati pesisir sisi Tenggara AS. Menurut dia, salah satu dampaknya mungkin peningkatan muka air laut.
Secara ilmiah, menurut dia, banyak hasil penelitian para ilmuwan yang menyebutkan pengaruh perubahan iklim membuat kekuatan siklon cepat berubah menjadi besar, meningkat cepat dari kategori tiga, empat hingga ke-lima. Ia mengatakan mungkin baru pertama kali dalam sejarah di dunia, bahwa dalam waktu tiga hari muncul dua siklon besar yang terjadi di Atlantik dan Pasifik. Jika AS menghadapi Siklon Florence maka Hong Kong menjadi sasaran bencana iklim lebih besar yakni Siklon Mangkhut.
Dalam 30 tahun terakhir, kata dia, jumlah badai atau siklon di dunia semakin bertambah. Sementara jumlah kebakaran hutan juga meningkat, seperti yang terjadi di Kalifornia dan negara lainnya.
Siklon Florence, Al Gore menambahkan mengingatkannya pada peristiwa banjir di Houston yang baru saja terjadi setahun lalu. "Ini sangat tidak biasa".
Es di Kutub Utara sudah meleleh tiga tahun terakhir. Bahkan, menurut dia, es meleleh saat malam justru lebih lama dan matahari hanya sebentar bersinar.
Al Gore juga mencontohkan badai besar yang baru saja menerjang Jepang. Badai memaksa Bandar Udara Osaka di Jepang tidak bisa beroperasi dan ribuan orang terpaksa terjebak di dalamnya.
Selain itu, Al Gore menyebutkan bukti adanya perubahan iklim adalah Afrika Selatan menyatakan krisis air tepat setahun lalu. Semua bukti bencana iklim tersebut nyata, dan perlu diatasi bersama.
Baca: Warga Hong Kong Borong Logistik Jelang Topan Mangkhut