REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Menteri Luar Negeri Spanyol Josep Borrell mengatakan pada Kamis (13/9) bahwa Spanyol akan melanjutkan penjualan 400 bom ke Arab Saudi. Sebelumnya, kesepakatan itu sempat dihentikan di tengah kekhawatiran atas peran Saudi dalam perang Yaman.
"Keputusannya adalah bom ini akan tetap dikirimkan untuk menghormati kontrak yang dibuat pada 2015 oleh pemerintah sebelumnya," kata Borrell kepada radio Onda Cero.
Kelompok hak asasi manusia, termasuk Amnesty International, mengecam penjualan senjata Barat ke Arab Saudi dan sekutu-sekutunya. Menurut PBB, perang Yaman telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang dan menyebabkan 8,4 juta orang di ambang kelaparan.
"Beberapa kementerian pemerintah telah menangani masalah ini selama sepekan dan kontrak itu ditinjau tiga kali oleh komisi yang mengesahkan penjualan senjata. Kami tidak menemukan alasan untuk tidak melaksanakannya," kata Borrell.
Borrell mengatakan, bom yang dilengkapi laser terarah ini dapat mengenai sasaran dengan "presisi luar biasa" dalam satu meter. "Senjata jenis ini tidak menghasilkan pengeboman yang sama seperti senjata yang tidak terlalu canggih, diluncurkan sedikit secara acak, yang menciptakan semacam tragedi yang kita semua takuti," ujarnya. Pernyataan itu sebagai tanggapan saat ia ditanya soal kemungkinan penggunaan bom dalam perang Yaman.
Penghentian kesepakatan telah menciptakan kekhawatiran di Spanyol tentang kelanjutan kontrak yang lebih menguntungkan, yang ditandatangani pada Juli lalu. Kontrak itu berisikan penjualan kapal perang ke kerajaan Teluk.
Kementerian pertahanan mengatakan bulan lalu bahwa pemerintah sosialis saat ini, yang mengambil alih kekuasaan pada Juni, tidak pernah menjual senjata yang dapat digunakan untuk melawan penduduk sipil. Pemerintah juga berjanji akan meninjau kembali kriteria yang digunakan untuk mengesahkan penjualan senjata.
Baca: Uni Eropa Perpanjang Sanksi untuk Rusia