REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teater Bunga Penutup Abad akan dipentaskan kembali di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki selama dua hari pada Senin (17/9) dan Selasa (18/9). Pertunjukan yang diadaptasi dari novel "Bumi Manusia" dan "Anak Semua Bangsa" yang termasuk dalam seri novel Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer itu akan dibintang Reza Rahadian sebagai Minke, Lukman Sardi sebagai Jean Marais dan Chelsea Islan sebagai Annelies serta pemain cilik berbakat, Sabia Arifin sebagai May Marais.
Berbeda dengan pementasan sebelumnya, kali ini Nyai Ontosoroh akan diperankan oleh Marsha Timothy. Pementasan ini juga masih merupakan kolaborasi antara Wawan Sofwan sebagai sutradara dan Happy Salma sebagai produser.
Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation di Jakarta, Kamis mengatakan, pementasan ini menghadirkan nama-nama yang telah berprestasi di layar kaca dan keikutsertaan mereka dalam pementasan teater Bunga Penutup Abad ini memberikan warna segar dalam dunia teater tanah air.
"Komitmen mereka untuk meluangkan waktu latihan di sela-sela jadwal syuting dan kegiatan lainnya yang sangat padat patut mendapatkan apresiasi kita," katanya.
Para aktor, lanjutnya, menyadari betul bahwa panggung sangat berbeda dengan film. Dan perbedaan itu merupakan suatu tantangan tersendiri bagi mereka untuk lebih meningkatkan performa aktingnya menjadi lebih baik lagi.
Bunga Penutup Abad berkisah mengenai kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke setelah kepergian Annelies ke Belanda. Nyai Ontosoroh yang khawatir mengenai keberadaan Annelies, mengutus seorang pegawainya untuk menemani kemana pun Annelies pergi, bernama Robert Jan Dapperste atau Panji Darman.
Kehidupan Annelies sejak berangkat dari pelabuhan Surabaya dikabarkan oleh Panji Darman melalui surat-suratnya yang dikirimkan pada Minke dan Nyai Ontosoroh. Surat-surat itu bercap pos dari berbagai kota tempat singgahnya kapal yang ditumpangi Annelies dan Panji Darman. Minke selalu membacakan surat-surat itu pada Nyai Ontosoroh.
Surat demi surat membuka sebuah pintu nostalgia antara mereka bertiga, seperti ketika pertama kali Minke berkenalan dengan Annelies dan Nyai Ontosoroh, bagaimana Nyai Ontosoroh digugat oleh anak tirinya sampai akhirnya Annelies harus dibawa pergi ke Belanda berdasarkan keputusan pengadilan putih Hindia Belanda.
Cerita berakhir beberapa saat ketika Minke mendapatkan kabar bahwa Annelies meninggal di Belanda. Minke yang dilanda kesedihan kemudian meminta izin pada Nyai Ontosoroh untuk pergi ke Batavia melanjutkan sekolah menjadi dokter.
Ke Batavia, Minke membawa serta lukisan potret Annelies yang dilukis oleh sahabatnya Jean Marais. Minke memberi nama lukisan itu, Bunga Penutup Abad. Sebelumnya, pementasan teater Bunga Penutup Abad sukses digelar pada bulan Agustus 2016 lalu di Jakarta dan Maret 2017 di Bandung dan telah disaksikan oleh lebih dari 2.600 penonton.
Kali ini, Titimangsa Foundation didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation akan kembali menggelar pementasan teater Bunga Penutup Abad dengan kemasan berbeda.
"Pramoedya Ananta Toer adalah salah seorang guru hidup saya. Begitu banyak kebijaksanaan hidup yang saya dapatkan dari karya-karya Pram, maka sebisa mungkin saya ingin konsisten mengapresiasi karya Pram pada khususnya dan karya sastra Indonesia pada umumnya sebagai bentuk rasa terima kasih saya pada Pram dan penulis Indonesia lainnya," kata Happy Salma, Founder Titimangsa Foundation.