REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah laporan resmi mengungkapkan bahwa badai Maria yang melanda Puerto Rico tahun lalu menewaskan hampir 3.000 jiwa. Saat menerima laporan ini pada Kamis (13/9), Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut bahwa angka dalam laporan tersebut hanyalah konspirasi untuk menjatuhkan dirinya.
"3.000 orang tidak mati dalam dua badai yang melanda Puerto Rico," tulis Trump pada akun Twitter pribadinya pada Kamis (13/9), seperti dilansir AFP.
Trump mengatakan sesaat setelah badai melanda, ia langsung mengunjungi Puerto Rico. Saat meninggalkan pulau tersebut, Trump mengatakan jumlah kematian di sana hanya berkisar 6-18 kasus.
"Dan, tak berapa lama kemudian, mereka mulai melaporkan angka yang sangat besar, seperti 3.000 (korban jiwa)," lanjut Trump.
Trump menuduh Partai Demokrat ada di balik 'konspirasi' ini untuk membuat dirinya terlihat buruk di muka publik. Padahal, menurut Trump, ia berhasil mengumpulkan miliaran dolar Amerika untuk membantu pembangunan kembali Puerto Rico.
Sebelumnya, hasil investigasi independen terkait bencana Puerto Rico pada 2017 lalu akhirnya mencapai sebuah penyelesaian bulan lalu. Hasil investigasi tersebut menunjukkan bahwa total warga yang tewas dalam bencana badai di Puerto Rico adalah 2.975 jiwa. Sedangkan sebelumnya, laporan mengungkapkan bahwa jumlah kematian dalam bencana ini adalah 64 jiwa.
Perbedaan ini sempat menimbulkan kontroversi yang terus berlangsung selama hampir satu tahun terakhir. Akan tetapi, Gubernur Poerto Rico Ricardo Rossello mengatakan estimasi korban terbaru hasil investigasi independen merupakan angka kematian resmi terkait bencana badai di Poerto Rico tahun lalu.
Tak hanya itu, Rossello juga mengkritisi Trump karena pada saat bencana terjadi ia tidak menyediakan dana negara yang sangat dibutuhkan untuk keperluan darurat. Keperluan darurat tersebut meliputi tempat pengungsian darudat dan pembersihan puing-puing.
Pernyataan kontroversial Trump yang menolak angka kematian resmi ini mengundang respon dari Walikota San Juan Carmen Yulon Cruz. Cruz menilai jika Trump hanya mengaitkan angka korban jiwa ini dengan kesukesannya, Presiden AS tersebut justru tidak akan dikagumi oleh siapapun.
"Jika (Trump) tidak belajar dari kesalahannya, dia akan mengulanginya lagi dan orang-orang akan terus mati," papar Cruz.