Jumat 14 Sep 2018 14:26 WIB

Membuat Orang Hijrah, Gus Miftah Yakini Dia Cuma 'Jembatan'

Ada mantan-mantan terapis yang kini menjadi santri Gus Miftah.

Rep: Wahyu/ Red: Andi Nur Aminah
KH Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.
Foto: Republika/Nico Kurnia Jati
KH Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Walau menuai pro dan kontra, dakwah di dunia remang-remang yang dilakukan KH Miftah Maulana Habiburrahman cukup meresap untuk orang-orang yang mendengarnya. Terbukti, tidak sedikit orang-orang yang memilih hijrah. "Perubahan banyak, ada mantan-mantan terapis jadi santri saya," kata pria yang akrab disapa Gus Miftah tersebut kepada Republika.co.id, Jumat (14/9).

Tapi, Pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji itu mengaku memang tidak terlalu senang mempublikasikan kisah-kisah tersebut. Ada orang yang tergerak atas dakwahnya saja dirasa sudah sangat membahagiakan.

Baca Juga

Bahkan, Pondok Pesantren Ora Aji yang dimilikinya terbilang bukan pondok-pondok yang mewah. Lokasinya malah jauh dari jalan-jalan besar di Kabupaten Sleman, dan berada di sekitaran sawah-sawah.

Kepada rekan-rekan jurnalis sekalipun, Gus Miftah mengaku tidak cukup nyaman membagikan kisah-kisah hijrah tersebut. Yang ia takutkan, ada takabur, riya' atau pamer atas hasil-hasil dakwah yang dilakukan. "Toh itu bukan karena saya, tapi karena memang Tuhan sudah berkehendak, saya kan cuma menjembatani saja," ujar Gus Miftah.

Ia lebih meyakini hanya semacam 'jembatan' bagi orang-orang mengenal lebih dekat dengan Allah SWT. Karenanya, tiap ada orang-orang yang tergerak hati usai melihat dakwahnya, Gus Miftah mengembalikan itu atas izin Allah SWT.

Uniknya, selama berdakwah di tempat usaha remang-remang, dan tidak sedikit orang-orang yang akhirnya hijrah, tidak membuat hubungannya dengan para pengelola tempat usaha itu terpengaruh. Menurut Gus Miftah, yang terpenting ada komunikasi dilakukan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Hasilnya, sampai hari ini hubungannya tetap baik, dan Gus Miftah masih diizinkan berdakwah di tempat-tempat tersebut. "Yang penting komunikasi, nah yang seperti itu kan tidak pernah saya ungkap," kata Gus Miftah.

Hingga kini, selain mengasuh pondok pesantren, Gus Miftah masih rutin mengisi kajian-kajian yang diadakan di tempat usaha remang-remang. Mulai kafe, bar, salon sampai tempat-tempat lokalisasi.

Bagi Gus Miftah, agama tidak cuma soal halal dan haram, pahala dan dosa, serta tidak cuma bagi orang-orang tertentu. Islam, merupakan rahmat bagi alam semesta, dan kepada alam semesta itulah kebaikan-kebaikan Islam perlu ditebarkan. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement