Jumat 14 Sep 2018 19:36 WIB

BNPB Klaim Titik Panas di Kalimantan dan Sumatra Berkurang

Titik panas belum tentu menjadi api karena biasanya petugas langsung memadamkannya.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Friska Yolanda
Petugas dari Manggala Agni Daops Banyuasin melakukan pemadaman kebakaran lahan saat simulasi pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di posko pemantau Pegayut, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Senin (30/7).
Foto: ANTARA FOTO
Petugas dari Manggala Agni Daops Banyuasin melakukan pemadaman kebakaran lahan saat simulasi pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di posko pemantau Pegayut, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Senin (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengklaim titik panas (hotspot) maupun kebakaran di Kalimantan dan Sumatra berkurang pada Jumat (14/9). Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengurangi titik panas yang menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Kasubdit Tanggap Darurat BNPB Budhi Erwanto mengklaim berdasarkan perkembangan kabar yang ia terima, jumlah hotspot di Sumatra dan Kalimantan saat ini sudah berkurang. "Saya tidak hapal angka (penurunan hotspotnya), yang jelas jumlahnya menurun dibandingkan kemarin karena kami menurunkan helikopter water bombing, hingga melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC)," katanya saat ditemui usai mengisi diskusi publik Kahmi bertema 'Membangun Komitmen Percepatan Pembangunan dan Rehabilitasi Bencana Gempa Lombok', di Jakarta Selatan, Jumat.

Ia mengatakan, titik panas belum tentu menjadi api karena biasanya petugas langsung bekerja memadamkannya. BNPB juga memiliki posko untuk terus memantau titik api. Titik kebakaran tersebut juga selalu diperbarui. Disinggung mengenai BNPB yang selalu memadamkan api dan tanpa melakukan pencegahan, ia membantahnya. Ia mengklaim BNPB telah siapkan rencana untuk antisipasi kebakaran tetapi teknisnya diserahkan pada beberapa pihak termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK), Desa Siaga, hingga aparat di daerah setempat seperti Manggala Agni.

"Jadi bergantung mereka menjalankan atau tidak (rencana kontijensi)," katanya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan jumlah titik panas di Pulau Sumatra, yang menjadi indikasi awal kebakaran hutan dan lahan, mencapai 154 titik. Staf Analisa Stasiun Klimatologi Tambang Provinsi Riau, Ardhitama mengatakan jumlah tersebut meningkat dibandingkan sehari sebelumnya yang berjumlah 150 titik.

Berdasarkan data BMKG yang dihimpun, data titik panas tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra dan Aqua yang terakhir diperbarui pukul 06.00 WIB. Provinsi Sumatra Selatan masih menjadi penyumbang titik panas terbanyak dalam dua hari terakhir, yakni sebanyak 77 titik. Jumlah ini disusul Lampung ada 33 titik, Bangka Belitung 14 titik, Bengkulu 13 titik, Riau sembilan titik, Sumatera Barat empat titik, Jambi tiga titik dan satu titik di Kepulauan Riau.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement