REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Aksi Bela Islam, Kapitra Ampera mengatakan, bahwa imam besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab meminta Gerakan Nasional Pendukung Fatma (GNPF) Ulama untuk membuat kontrak politik dengan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai syarat dukungan. Permintaan ini dilontarkan jelang Ijtima' Ulama II di Jakarta.
"Habib (Rizieq) dukung Prabowo-Sandi tapi harus dengan kontrak politik," kata Kapitra saat konferensi pers, di Jakarta, Sabtu (15/9).
Dukungan terhadap Prabowo-Sandi akan diberikan setelah Prabowo-Sandi menandatangani kontrak politik yang diagendakan akan dilaksanakan pada acara Ijtima' Ulama II yang akan digelar pada Ahad (16/9). Kapitra pun mengaku telah mengetahui isi kontrak politik yang akan disodorkan GNPF Ulama kepada Prabowo-Sandi dalam Ijtima' Ulama II.
Namun, ia menolak membeberkan isi kontrak politik tersebut saat diminta oleh wartawan untuk membacakannya. Menurutnya, pihak GNPF Ulama adalah pihak yang berwenang mempublikasikan isi kontrak politik tersebut.
"Biar mereka saja yang membacakannya," kata Kapitra.
Menurut dia, Rizieq menyampaikan kepadanya pentingnya kontrak politik untuk mengikat perjanjian antara GNPF Ulama dengan Prabowo-Sandi. "Habib bilang bagaimana kita kasih kepercayaan ke orang, kalau kita enggak ikat (kontrak politik)," katanya.
Mantan pengacara Rizieq tersebut mengaku bingung terhadap sikap Rizieq tersebut. Karena, menurutnya, tidak sesuai dengan keputusan Ijtima' Ulama I yang memutuskan mendukung bakal capres Prabowo dengan sejumlah ulama seperti Salim Segaf Al-Jufri, Abdul Somad, Abdullah Gymnastiar dan Muhammad Arifin Ilham.
"Itulah yang bikin saya linglung," katanya.
GNPF Ulama akan menggelar Ijtima' Ulama Jilid II di Jakarta pada Ahad (16/9). Ijtima' tersebut bertujuan menentukan sikap dan arah dukungan para ulama dalam Pilpres 2019. Dalam acara itu, rencananya akan dihadiri 1.000 ulama dan sejumlah tokoh nasional.
Ketua GNPF Ulama, Yusuf Martak memastikan, bahwa pihaknya bakal menggelar kembali ijtima ulama pada Ahad (16/9). Menurut Yusuf Martak, ijtima ulama jilid II merupakan tindak lanjut daripada hasil rekomendasi sebelumnya yang tidak terakomodir dengan baik oleh partai politik.
Mengingat hasil ijtima ulama yang pertama merekomendasikan Prabowo Subianto-Salim Segaf atau Prabowo-Ustadz Abdul Somad. Namun, kenyataannya Prabowo memilih Sandiaga Uno sebagai pendampingnya.
"Dikarenakan adanya pasangan yang tidak diakomodir oleh paslon yang telah menentukan paslon yaitu bapak Prabowo-Sandiaga. Maka secara mekanisme kami mengadakan ijtima yang kedua, yaitu kita mengembalikan hak pada para ulama dan tokoh nasional," jelas Yusuf Martak saat jumpa pers di Jakarta Selatan, Kamis (13/9).