REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Mata uang India, Rupee, semakin mendekati nilai wajarnya dan depresiasi lebih lanjut kemungkinan kecil terjadi. Meskipun begitu, para ahli menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk intervensi kebijakan untuk mengantisipasi sentimen negatif.
"Saat ini, rupee sedang bergerak lebih dekat ke nilai wajarnya sesuai perhitungan nilai wajar kami. Mulai sekarang, ruang lingkup untuk depresiasi cepat nampaknya tidak mungkin," kata Presiden Grup Bank dan Kepala Ekonom Shubhada Rao, dilansir di Gulf News, Sabtu (15/9).
Rupee telah jatuh lebih dari 12 persen tahun ini terhadap dolar AS. Ini menyebabkan rupee sebagai mata uang berkinerja terburuk di Asia. Pada Rabu (12/9), rupee mencapai rekor terendah 72,91 terhadap dolar AS.
Pada Jumat (14/9), rupee ditutup pada 71,85, memulihkan 34 paise dari penutupan sebelumnya 72,19 per dolar AS. Namun, Rao mengatakan intervensi kebijakan diperlukan untuk mengantisipasi sentimen negatif.
"Pemerintah dan Reserve Bank dapat membuat intervensi kebijakan sekarang. Jika tidak, ekspektasi menjadi tidak terantisipasi. Sangat penting untuk mengaitkan ekspektasi dan waktu yang tepat untuk melakukannya," jelasnya.
Menurut dia, bisa ada langkah-langkah jangka pendek untuk menahan ketidakseimbangan perdagangan. Untuk menghentikan depresiasi lebih lanjut dari rupee dan pelebaran defisit transaksi berjalan (CAD), pemerintah mengambil beberapa langkah dan keputusan kebijakan yang luas pada Jumat. Langkah ini untuk mengekang impor non-esensial dan meningkatkan ekspor.
Perwakilan Residen Senior Dana Moneter Internasional (IMF) untuk India, Nepal dan Bhutan, Andreas W. Bauer mengatakan, sesuai penilaian mereka, tingkat nilai tukar riil secara luas sejalan dengan fundamental.
Mengutip sebuah studi yang disiapkan oleh perbankan, Rao mengatakan, fase terakhir dari depresiasi relatif telah mengurangi penyimpangan rupee India dari nilai wajar berdasarkan nilai tukar efektif nyata (REER) yang direduksi menjadi FY12.
Perkiraan overvaluasi kemungkinan telah berkurang menjadi 3,7 persen pada Agustus dari 9,9 persen pada bulan yang sama tahun lalu. Pada Jumat malam, pemerintah India mengumumkan beberapa langkah segera yang dikatakannya bertujuan untuk menahan kejatuhan rupee.
Menteri Keuangan India Arun Jaitley mengatakan pada Jumat bahwa pemerintah berencana untuk mengambil langkah-langkah untuk memotong impor yang tidak perlu. India mengurangi norma-norma pinjaman luar negeri untuk sektor manufaktur dan melonggarkan aturan di sekitar bank yang meningkatkan obligasi luar negeri rupee-terdenominasi. Pengumuman ini didahului oleh pertemuan tinjauan ekonomi yang diketuai oleh Perdana Menteri Narendra Modi.