REPUBLIKA.CO.ID, PROBOLINGGO -- Harga tembakau rajang di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, mencapai Rp 40 per kilogram. Selama beberapa pekan terakhir, harga tersebut terbilang cukup tinggi di wilayah setempat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari melalui Kasi Tanaman Perkebunan Semusim Evi Rosellawati, Ahad (16/9) mengatakan areal tanam tembakau musim tanam (MT) tahun 2018 di Probolinggo seluas 10.774 hektare. "Petani merasa sangat bersyukur karena harganya sangat tinggi dan ini menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi para petani tembakau. Sehingga diharapkan harganya terus naik seiring dengan meningkatnya kualitas tembakau," katanya di Kabupaten Probolinggo.
Menurutnya, hasil tembakau saat ini cukup bagus karena didukung cuaca dan kualitas tembakau yang bagus. Dalam budi daya, petani sudah menerapkan good agricultural practices (GAP) atau budi daya tanaman yang baik sesuai dengan standar yang ditentukan.
"Mulai dari pemilihan benih sehat, bermutu dan bersertifikat, kemudian pemupukan tepat waktu dan tepat dosis hingga penanganan pascapanen, sehingga hal itulah yang mampu menghasilkan tembakau yang berkualitas, sehingga harganya mampu menembus Rp 40 ribu per kilogram di tingkat petani," tuturnya.
Dalam hal pemasaran, lanjut dia, petani tembakau sudah tidak tergantung kepada gudang saja. Saat ini sudah ada tengkulak yang mengambil langsung hasil panen tembakau petani karena kalau selalu menggantungkan kepada pihak pabrikan, dikhawatirkan hasil panen petani tidak terambil.
"Tentunya ini menjadi solusi tatkala over produksi dan terjadi penawaran permintaan (supply demand) yang tidak seimbang. Dalam hal itu untuk mengantisipasi saat hasil panen petani banyak tidak sampai rugi dan harganya bisa bersaing, terlebih kualitas dan mutu tembakaunya sudah bagus," katanya.
Ia berharap agar harga tembakau di Probolinggo stabil dan tidak turun karena dengan harga saat ini petani tembakau sudah bisa mendapatkan untung. Selain itu, gudang-gudang juga bisa memberikan harga yang sepadan dengan kondisi kualitas tembakau petani yang bagus. "Mudah-mudahan harga tembakau bisa stabil demi meningkatkan kesejahteraan petani tembakau yang ada di Kabupaten Probolinggo," ujarnya.
Evi mengatakan para petani yang melakukan penanaman tidak sesuai dengan rencana tanam jangan sampai protes jika ketika panen harganya anjlok dan tidak diambil oleh gudang. Karena pihaknya sudah menyampaikan bahwa seharusnya penanaman itu dimulai pada Mei 2018, sehingga bulan September sudah bisa panen.
Naiknya harga tembakau hingga tembus Rp 40 ribu per kilogram banyak dirasakan oleh para petani tembakau di Kabupaten Probolinggo. Salah satunya Busri, petani tembakau asal Desa Matekan Kecamatan Besuk. "Alhamdulillah saat ini harga tembakau cukup tinggi. Semoga bisa stabil dan tidak anjlok sampai Rp 32 ribu per kilogram. Karena dengan luas lahan banyak yang belum panen dan dengan harga segitu tentunya petani sudah rugi. Semoga saja pihak gudang benar-benar bisa memahami kondisi petani tembakau saat ini," ujarnya.
Ia berharap cuaca juga mendukung sehingga proses penjemuran tembakau rajangan bisa cepat kering. Cuaca yang tidak bersahabat dapat memengaruhi kualitas tembakau saat proses pengeringan.