REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memprakirakan awal musim hujan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mulai terjadi pada November 2018. Puncaknya diperkirakan terjadi pada Januari 2019.
Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Djoko Budiono di Yogyakarta, Ahad (16/9), mengatakan musim hujan di provinsi itu akan terjadi secara bertahap, dimulai dari Kabupaten Sleman. "Awal musim hujan nanti ditandai dengan curah hujan mencapai rata-rata 50-70 milimeter (mm) per dasarian," tambahnya.
Ia menjelaskan pada dasarian (10 hari) pertama November, musim hujan terjadi paling awal di Sleman bagian utara, dilanjutkan Sleman bagian barat, Kulon Progo bagian utara dan Kulon Progo bagian barat. Sedangkan paling akhir terjadi pada dasarian ketiga November yang meliputi Gunung Kidul bagian Selatan, dan Bantul bagian Timur.
Memasuki akhir September, lanjutnya diperkirakan mulai terjadi pergantian musim atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan yang akan ditandai dengan adanya cuaca ekstrem serta mulai terjadi hujan dengan intensitas rendah.
"Kepada masyarakat kami mengimbau agar menyiapkan diri mulai dari membersihkan selokan agar tidak banjir, memangkas pohon tua agar tidak roboh diterpa angin kencang. Sedangkan untuk petani agar mempersiapkan masa tanam sesuai iklim yang terjadi," jelas dia.
Sementara itu, berdasarkan pemantauan Stasiun Klimatologi pada Ahad (17/9), dari pola angin terlihat muncul "Typhoon Mangkut" di utara aquator atau barat laut Filipina yang berdampak pada pembentukan massa udara basah di sebelah Barat.
Kondisi itu juga didukung oleh adanya belokan dan pelambatan angin di level bawah atmosfer yang selanjutnya ikut mendukung bagi pembentukan awan hujan, termasuk di wilayah Yogyakarta yang saat ini masih musim kemarau. "Melihat fenomena atmosfer tersebut diprediksi kondisi cuaca di Yogyakarta umumnya cerah hingga berawan dan berpotensi terjadi hujan ringan," kata Djoko.