REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Selama 130 tahun lima korban Jack the Ripper dipercaya berkerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) di London, Inggris. Tapi para sejarawan kini meragukan hal tersebut dengan menimbang perilaku seksis polisi Inggris saat itu.
Sejarawan Dr Hallie Rubenhold mengatakan para peneliti selama lebih dari 130 tahun telah menyakini hal yang salah tentang para perempuan yang terbunuh. "Masyarakat memuja the Ripper, seluruh industri berada di sekelilingnya, terpesona dengannya, kasus pembunuhan yang tidak pernah terpecahkan selama 130 tahun," kata Rubenhold, seperti dilansir dari New Zeland Herald, Senin (17/9).
Dongeng Jack the Ripper telah membius jutaan orang di seluruh dunia. Kisahnya telah dijadikan fiksi di berbagai buku, film, sampai video gim. Rubenhold yang telah meneliti lima korban Jack the Ripper, yakni Mary Ann Nichols, Annie Chapman, Elizabeth Stride, Catherine Eddowes, dan Mary Jane Kelly mengatakan, mereka berkerja sebagai pelayan dan tukang cuci. "Kita tidak pernah mempertanyakan abad ke-19 yang orthodox, sebuah dunia yang mana para perempuan yang dibunuh tidak dihargai dan diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua," katanya.
Salah satu di antara korban memiliki sebuah kedai kopi bersama suaminya di Poplar. Sementara yang lainnya tinggal di rumah seorang teman Pangeran Wales.
Rubenhold mengatakan, misogynis dan seksisme berperan sangat dalam pada kisah Jack the Ripper. Para perempuan yang terlibat sebagai korban telah didehumanisasi selama 130 tahun.
Sebelum bukunya terbit di media sosial, Rubenhold pernah menulis salah seorang korban Mary Jane Kelly pernah menjadi PSK tapi hal tersebut pun belum pasti. Sementara Elizabeth Stride sempat digoda untuk melayani seorang laki-laki di malam ia dibunuh tapi tiga korban lainnya, Rubenhold yakin bukan PSK.
Fakta yang diungkapkan Rubenhold ini memancing perdebatan dengan sejarawan lainnya, Paul Begg. Begg juga meneliti Jack the Ripper dan menulis sebuah buku yang berjudul Jack the Ripper: The Definitive History. "Saya tidak masalah Anda mengatakan mereka semua bukan PSK ketika buku Anda sudah terbit dan Anda mengungkapkan bukti yang bisa dinilai, tapi menyuarankan opini Anda sebelumnya seperti itu adalah fakta," kata Begg.
Rubenhold tidak mundur dengan hasil penelitian dan pendiriannya. Perempuan berusia 47 tahun tersebut pun membalas komentar Begg. "Saya bebas menerbitkan buku saya dan mengungkapkan temuan saya sebelum terbit, saya telah bertindak profesional, prediksinya: apa pun yang muncul di buku saya, Paul Begg akan menemukan alasan untuk merobek dan mencelanya," kata Rubenhold.
Secara kronologis Jack the Ripper memiliki lima korban. Mary Nichols ditemukan tewas pada 31 Agustus 1888 di gerbang Buck's Row, Whitchapel. Annie Chapman ditemukan pada 8 September dalam kondisi sudah dimutilasi. Elizabeth Stride ditemukan tewas 30 September di Dutfield Yard. Pada hari yang sama Chatherine Eddowes ditemukan di Mitre Square. Diyakini Jack the Ripper terganggu saat sedang menggorok lehernya sehingga tidak ada bagian tubuh yang dimutilasi.
Korban terakhir, Marry Kelly ditemukan di kamarnya pada 9 November. Kepolisian zaman Victoria menduga Jack the Ripper berkerja sebagai penjagal. Tapi tidak pernah berhasil mendapatkan jejaknya. Hingga akhirnya Jack the Ripper pun menjadi dongeng di Inggris dan seluruh dunia.