Senin 17 Sep 2018 11:19 WIB

Diperlakukan Kasar Majikan, Titin Terdampar di Irak

Titin sudah lima kali ganti majikan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Teguh Firmansyah
Penganiayaan (Ilustrasi)
Penganiayaan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU  -- Seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Indramayu, Titin Umiyati, terdampar di Irak. Dia meminta pertolongan pemerintah untuk segera memulangkannya ke Indonesia.

"Titin mengadukan permasalahannya ke saya melalui WhatsApp sambil menangis. Dia minta agar saya meneruskan pengaduannya ke pemerintah Indonesia,’’ ujar Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Cabang Indramayu, Juwarih, Senin (17/9).

Juwarih mengatakan, Titin Umiyati merupakan warga  Blok Karanganyar, RT 014, RW 03, Desa Santing, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu. Sejak dua bulan lalu, Titin kabur dari rumah majikannya karena kerap diperlakukan dengan kasar.

"Titin tidak punya apa-apa lagi karena sudah duaa bulan ini tidak kerja. Untuk bertahan hidup, Titin hanya mendapat belas kasihan dari teman," tutur Juwarih, menirukan ucapan Titin.

Baca juga, Migrant Care Kutuk Keras Jual Beli TKW di Situs Online.

Juwarih menjelaskan, Titin awalnya direkrut oleh sponsor bernama Asna, warga Arjawinangun, Kabupaten Cirebon melalui Facebook. Titin diiming-imingi akan dipekerjakan ke Turki dengan gaji  700 dolar AS per bulan.

Merasa tertarik dengan tawaran itu, Titin menyatakan berminat dan dibawa oleh Asna ke Jakarta pada 7 November 2017. Titin lantas dikenalkan ke seseorang bernama Wawan untuk diproses sebagai calon TKI ke Turki.

Setelah satu minggu di penampungan, Titin bersama seorang temannya dibawa oleh Wawan  ke Surabaya, melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada 15 November 2017. Dari Bandara Juanda, Surabaya, kedua TKI tersebut diantar oleh seseorang bernama Yasin ke Malaysia. Dari Kuala Lumpur, mereka diterbangkan menuju Qatar dan selanjutnya ke Turki.

Setibanya di Turki, Titin dijemput oleh perwakilan dari agency Farmoo Manpower Co. Ltd. Pihak agency lantas membawa Titin ke Erbil Kurdistan, Irak, pada 26 November 2017.

Sejak saat itu hingga dua bulan lalu, Titin sempat lima kali ganti majikan. Terakhir, Titin bekerja selama tiga bulan pada majikan pasutri Karwan-Aisyah.

Dia memutuskan untuk kabur dari rumah majikan dikarenakan sering diperlakukan tidak manusiawi. "Dari majikan pertama sampai majikan terakhir, Titin mengaku selalu diperlakukan kasar layaknya budak oleh majikannya. Ketika mengadu ke agency pun malah dicaci-maki, dipukul kemudian dipekerjakan lagi,’’ kata Juwarih.

Juwarih menyatakan, setelah menerima pengaduan dari Titin, pihaknya akan segera meneruskannya ke Kementerian Luar Negeri. Diharapkan, Titin bisa secepatnya dapat perlindungan dari perwakilan pemerintah yang ada di Irak. "Semoga KBRI yang di Baghdad langsung tanggap memberikan pertolongan," tandas Juwarih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement