Senin 17 Sep 2018 18:00 WIB

Muslim Berlin Minoritas yang Cinta Damai

Pendidikan agama di sekolah menjadi isu hangat di Berlin.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Unjuk rasa menentang putusan Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel di Berlin, Jerman, Jumat (8/12).
Foto: Hayoung Jeon/EPA-EFE
Unjuk rasa menentang putusan Amerika mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel di Berlin, Jerman, Jumat (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kota Berlin adalah salah satu kota terpenting di Jerman.  Seperti halnya sejumlah kota penting di kebanyakan negara, Berlin juga dihuni oleh multietnis dan agama, tak terkecuali umat Islam.

Tak kurang dari 160 ribu Muslim berdomisili di kota seluas 891,85 meter tersebut. Mereka menyebar di beberapa distrik. Yang paling utama, yakni di wilayah Kreuzberg di Distrik Friedrichshain-Kreuzberg, Wedding di Distrik Mitte, serta Distrik Neukölln Utara.

Sebagian besar umat Islam di Berlin adalah para pendatang. Mengutip laman web euro-islam, dari 160 ribu Muslimin, sekitar 73 persen merupakan keturunan Turki, tujuh persen dari Bosnia-Herzegovina, dan  empat persen berasal dari Lebanon.

Kendati demikian, tak sedikit pula penduduk asli yang memeluk risalah Muhammad SAW ini.  Ada sekira 40 ribu Muslim Berlin yang berwarga negara Jerman melalui naturalisasi. Jumlah umat Islam memang secara keseluruhan adalah ratusan ribu, tetapi populasi Muslim tersebut hanya mengambil persentase sekitar sembilan persen dari total penduduk Berlin.

Interaksi

Meski minoritas, Muslim di kota di wilayah yang terletak di timur laut Jerman di Sungai Spree tersebut  hidup berdampingan secara harmonis dengan non-Muslim, terutama mayoritas penduduk Berlin yang beragama Nasrani. Interaksi terjalin dengan baik. Sikap ini mendapat respons yang positif dari para non-Muslim.

Hormat-menghormati dan saling toleran menjadi pemandangan yang lazim di Berlin. Fasilitas ibadah tersebar di segala penjuru kota terpadat Uni Eropa tersebut. Makanan halal juga disediakan beberapa restoran. Hanya, bagi Muslimah, jilbab masih dilarang di perkantoran dan lembaga resmi. Namun, mereka dapat memakainya di luar profesi pelayanan publik.

Tak jarang, berbagai agenda kerja sama terjalin antara kedua entitas tersebut. Pada Juni 2004, misalnya, Muslim dan non-Muslim Berlin bersama-sama mendirikan Muslimische Akademie. Pendirian akademi yang mendapat bantuan dari Bundeszentrale für Politische Bildung (Badan Federal untuk Pendidikan Warga Negara) tersebut pun didirikan untuk membangun forum antaragama dan intraagama.

Hak politik umat Islam juga terjamin dengan baik. Pemerintah Berlin memberikan porsi yang sama bagi Muslim untuk aktif di panggung politik, meski minoritas. Tak sedikit politikus Turki dan Kurdi Muslim yang menjabat di kantor-kantor pemerintah kota.

Beberapa, di antaranya, Giyasettin Sayan, Keskin Hakki, Dilek Kolat, Ulker Radziwill, Evrim Baaba, dan Ozcan Mutlu. Sebagian besar mereka memilih partai sayap kiri. Tentu saja mereka terjun di politik tanpa berafiliasi dengan Islam. Namun, survei menyatakan 87 persen Muslim Berlin merasa berkeinginan ada wakil Muslim yang terlibat di politik negara.

Berbagai isu nasional yang melibatkan komunitas Muslim menjadi komoditas intens bagi para politikus. Salah satu yang paling aktual adalah soal pendidikan agama di sekolah. Beberapa sekolah di Jerman memang telah mengizinkan pelajaran Islam bagi siswa Muslim. Demikian pula di Berlin. Meski masih diawasi pemerintah setempat, pendidikan Islam diizinkan bebas bagi siswa. Pengajaran agama di sekolah umum di Berlin dilakukan secara sukarela.

Terdapat kursus pelajaran agama, tak hanya Islam, tapi juga berlaku bagi agama lain. Namun, beberapa tahun lalu, Föderation Islamische (Federasi Islam) Berlin berhasil mendapatkan izin dari pemerintah untuk memasukkan pelajaran agama di 20 sekolah di Berlin. Guru agama dikirim dari pihak federasi, namun digaji oleh pemerintah kota.

Ormas Islam

Keberadaan organisasi dan lembaga-lembaga Islam memiliki peran yang sangat signifikan untuk kepentingan Muslim di Berlin. Di antara sekian banyak organisasi yang eksis, hanya satu organisasi di Berlin, yakni Islamische Förderation Berlin (Federasi Islam Berlin) yang diakui sebagai lembaga resmi.

Butuh waktu bertahun-tahun bagi federasi tersebut mendapat status resmi sebagai lembaga publik. Setelah dikritisi banyak pejabat Jerman, federasi pun diresmikan pada 2002. Organisasi yang berdiri sejak 1980 tersebut pun fokus pada pendidikan Islam di sekolah, memimpin 12 masjid di Berlin, dan memayungi 26 kelompok kecil Muslim.

Tujuan dari yayasan ini adalah membangun Islam dan mempromosikan integrasi Muslim di Jerman, khususnya di Berlin. IFB menyatakan diri sebagai wakil dari Muslimin Berlin. IFB beroperasi secara independen dan hanya bersifat regional.

Di antara yayasan atau lembaga Islam tersebut yakni Initiative Berliner Muslim (Inisiatif Muslim Berlin atau IBMUS), Verein Islamischer Kulturzentren (Asosiasi Pusat Budaya Islam atau VIKZ), Islamische Förderation Berlin (Federasi Islam Berlin atau IFB), Türkisch Islamische Union der Anstalt für Religion (Institut Agama Persatuan Turki Islam atau DITIB), dan masih banyak lainnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement