REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan World Bank (Bank Dunia) tahun ini akan digelar di Bali pada Oktober mendatang. Hal itu pun diyakini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara khususnya Bali.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah memprediksi ekonomi Bali akan tumbuh 6,54 persen tahun ini. Hal itu berkat adanya forum besar tersebut.
"Bila tidak ada acara World Bank-IMF, ekonomi Bali diprediksi hanya tumbuh 5,9 persen tahun ini. Jadi dengan adanya pertemuan tersebut, prediksi kami naik 0,64 persen," kata Bambang di Jakarta, Senin, (17/8).
Dirinya menuturkan, dari 0,64 persen itu, sebanyak 0,2 persen didorong oleh sektor konstruksi. Lalu 0,21 persen dari berbagai sektor termasuk perdagangan. Selanjutnya 0,12 persen ditopang oleh sektor perhotelan, dan 0,05 persen dari sektor makanan serta minuman.
"Jadi perekonomian di Bali jelas terdongkrak oleh pertemuan IMF-World Bank ini," tegas Bambang. Ia menambahkan, pada 2017, pertumbuhan ekonomi di Bali melambat karena hanya tumbuh di bawah enam persen.
Hal itu menurutnya, dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang menurun akibat erupsi Gunung Agung. "Jadi kalau di 2018 Bali ikuti pola yang ada, maka akan melanjutkan perlambatan, dan diperkirakan hanya tumbuh 5,9 persen di atau di bawah enam persen," ucap dia.
Lebih lanjut, kata Bambang, Bali bukan tempat asing lagi bagi dunia internasional. Pasalnya pada 2013 lalu, pernah digelar pula Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economic Cooperation (KTT APEC) di provinsi tersebut.
"Berkat KTT Apec di Bali, saat itu pertumbuhan ekonomi di sana mencapai 6,5 persen. Semoga dengan itu, kita semakin yakin Pertemuan IMF-World Bank bisa semakin memperkuat pariwisata kita," tutur Bambang.