REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Empat mahasiswa yang diamankan karena menyebarkan hoaks demontrasi ricuh di depan Mahkamah Konstitusi (MK), ditahan di Polda Metro Jaya. Keempatnya telah mengajukan penangguhan penahanan dan menunggu jawaban dari pihak kepolisian.
"Sudah (ajukan penangguhan) dari keluarga dan FPI (Front Pembela Islam). Mereka tidak akan melarikan diri dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Itu saja," ujar Ketua Bantuan Hukum FPI DKI Jakarta, Mirza Zulkarnaen, saat dihubungi Senin (17/9).
Kepolisian mengamankan empat orang penyebar kabar palsu (hoaks) di dunia maya, yang menampilkan situasi demonstrasi ricuh di depan gedung Mahkamah Konstitusi (MK) pekan lalu. Keempat tersangka ditangkap di lokasi yang berbeda.
Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menjelaskan, tersangka GG diamankan di Bandung, pada Sabtu (15/9) lalu. Di hari yang sama, tersangka kedua berinisial SA diamankan di Jakarta. Kemudian, pada Ahad (16/9) kemarin, polisi mengamankan tersangka MY di Cianjur dan N di Samarinda.
"Tentang siapa yang merekam itu tidak masalah. Namun ketika rekaman kemudian ditayangkan dan diberi judul serta digabungkan dan disesuaikan dengan berita yang lalu, itu meresahkan masyarakat," jelas Setyo di Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin (17/9).
Sayangnya, sejumlah pihak 'membumbui' video tersebut dengan tagar dan keterangan video yang provokatif, berbunyi 'Jakarta sudah bergerak, mahasiswa sudah bersuara keras. Peserta aksi mengusung tagar #TurunkanJokowi. Mohon diviralkan karena media TV dikuasai petahana'. Video tersebut kemudian disebar di akun-akun milik para tersangka dan mendapat sambutan luar biasa, sehingga justru meresahkan masyarakat.