REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS mengalami penurunan lebih dari 0,4 persen terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (17/9) atau Selasa (18/9) pagi WIB. Dolar AS tertekan kekhawatiran atas eskalasi sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina.
Indeks dolar AS mencatat penurunan besar dalam perdagangan sesi Senin (17/9) sore. Pemerintah Amerika Serikat diperkirakan akan membuat pengumuman tentang perdagangan dengan Cina pada Senin (17/9) malam waktu setempat, mungkin dengan pengenaan tarif baru.
Di sisi lain, poundsterling dan euro juga menguat terhadap dolar AS di tengah optimisme atas prospek kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa. "Pembicaraan antara Uni Eropa dan Inggris tentang Brexit sedang dilakukan dalam semangat kerja sama yang baik," ujar kepala juru runding Uni Eropa Michel Barnier tentang masalah ini pada Senin (17/9) seperti dikutip Reuters.
Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019 tetapi belum ada kesepakatan keluar penuh telah tercapai. Laporan kemajuan tentang pertanyaan kunci perbatasan Irlandia juga membantu meningkatkan poundsterling Inggris.
Sementara itu, mata uang safe-haven yen menguat terhadap dolar AS. Penguatan yen ini dipicu langkah Amerika Serikat yang akan mengumumkan rencana terbarunya tentang tarif Cina setelah pasar tutup.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,45 persen menjadi 94,4990 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1685 dolar AS dari 1,1632 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3161 dolar AS dari 1,3066 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Dolar Australia naik menjadi 0,7181 dolar AS dari 0,7165 dolar AS. Dolar AS dibeli 111,87 yen Jepang, lebih rendah dari 112,01 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9623 franc Swiss dari 0,9668 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3026 dolar Kanada dari 1,3031 dolar Kanada.