REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pensiunnya sejumlah pemain membuat klub IBL kesulitan mendapatkan pemain pengganti dengan kualitas yang setara. Program rookie IBL yang dimulai tahun ini dianggap belum bisa menjadi solusi bagi hengkangnya sejumlah pemain di klub yang ditinggalkan.
"Menggantikan pemain yang pensiun atau pindah dengan pemain debutan alias rookie tentu butuh waktu. Mereka masih perlu jam bertanding lagi, apalagi di pentas IBL. Jadi saat ini banyak klub kesulitan mencari pemain yang sudah siap tampil," ujar Ferry Jupri, CEO Hangtuah Sumsel.
Menurut Ferry, Rookie tidak bisa jadi solusi. Ia sempat melihat rookie yang mendaftar ke IBL musim ini. Dari segi size, yang memiliki postur paling tinggi adalah 191 cm.
"Dari segi skill jelas masih butuh jam terbang. Kualitas rookie tentu masih harus diuji lagi dalam kompetisi," katanya.
Keterbatasan pemain rookie, karena menurut Ferry banyak pemain bagus yang tidak mendaftar menjadi rookie.
"Pemain rookie yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan kita, semoga masih diperkenankan menggunakan pemain binaan. Ini untuk menggantikan pemain yang pensiun, karena untuk mencari pemain lokal yang siap main sangat sulit”
Ferry juga mempertanyakan sistem kerjasama antara IBL dan LIga Mahasiswa (LIMA) yang menurutnya masih banyak pemain bagus di LIMA yang tidak mendaftarkan menjadi rookie tahun ini.
"Idealnya LIMA menyiapkan pemain terbaik di liga untuk ditawarkan menjadi pemain rookie," ujar Ferry.
Ferry berharap, meski ada program rookie tahun ini, namun klub masih diperkenankan menggunakan pemain binaannya.
"Hang Tuah memiliki empat pemain binaan, seharusnya kita yang saat ini kekurangan pemain bisa memanfaatkan mereka. Karena mereka sudah kita bina saat lulus SMA atau awal kuliah," ujar Ferry.