REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Produk Lestari (PHPL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencanangkan Gerakan Minum Madu. Gerakan ini akan diluncurkan pada Festival Kesatuan Pengelolaan Hutan yang akan digelar pada 23 September 2018 di Hutan Pinus Mangunan, Yogyakarta.
Rencananya, Gerakan Minum Madu ini akan diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo. Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produk Lestari Hilman Nugroho mengatakan, gerakan minum madu perlu ditumbuhkan karena tingkat konsumsi madu masyarakat Indonesia masih rendah.
"Tingkat konsumsi yang rendah umumnya karena sebagian besar masyarakat menganggap madu merupakan kebutuhan sekunder, dan daya beli masyarakat yang masih lemah," ujar Hilman, Selasa (17/9).
Konsumsi madu masyarakat Indonesia diperkirakan hanya sekitar 40-60 gram per kapita per tahun. Angka ini masih jauh ketimbang beberapa negara maju yang tingkat konsumsinya mencapai satu kilogram per kapita per tahun. Bahkan, konsumsi madu di Selandia Baru sudah mencapai dua kilogram per tahun per kapita.
Hilman menjelaskan, kebanyakan masyarakat Indonesia memandang madu hanya sebagai obat atau sarana pengobatan. Sejauh ini pangsa pasar madu dalam negeri disokong oleh produk madu lokal dan pasokan dari luar negeri.
Kebutuhan madu impor berkisar antara 1.500-2.500 ton per tahun. Padahal, potensi pengembangan perlebahan sangat besar dengan modalitas luas lahan hutan dan keanekaragaman hayati yang beragam.
"Indonesia merupakan megabiodiversitas lebah madu, karena tujuh dari sembilan spesies lebah madu genus Apis yang ada di dunia memiliki sebaran asli di Indonesia," kata Hilman.
Apabila produksi madu dalam negeri dapat ditingkatkan secara signifikan, maka diharapkan dapat memangkas volume impor. Selain itu, dapat membantu perekonomian masyarakat.