REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Terorisme bukan monopoli satu kelompok agama atau ras tertentu. Terorisme pernah dilakukan oleh manusia dari berbagai agama dan latar belakang budaya.
Isu terorisme tiba-tiba menggaung hebat setelah serangan 11 September 2001. Peristiwa ini menjungkirbalikkan seluruh narasi tentang terorisme.
Serangan terhadap WTC dan Pentagon menegaskan terorisme telah memperoleh wajah baru. Islam serta-merta menjadi pihak yang dicurigai.
Gerard Chaliand dan Arnauld Blin dalam The History of Terrorism From Antiquity to Al Qaeda menuturkan, salah satu kelompok yang pertama-tama ditandai mempunyai karakteristik teror pada zaman kuno adalah Zealot Yahudi. Zealot, yang eksis pada awal abad pertama Masehi ini, berawal dari kelompok pergerakan politik Yahudi.
Mereka juga dikenal sebagai 'sicarii' atau 'dagger-men' (manusia belati). Disebut sicarii, lantaran orang-orang Yahudi ini melancarkan aksi dengan senjata tajam yang disebut sica, sejenis pisau pendek yang disembunyikan di balik jubah mereka.
Kelompok ini menciptakan teror bawah tanah dengan cara membunuh pasukan pendudukan Romawi serta setiap orang Yahudi yang dirasa telah bekerja sama dengan Romawi. Motifnya didasari oleh keyakinan bahwa kaum Yahudi tidak bisa tetap setia pada perintah-perintah agama Yahudi selama menjadi bagian dari Romawi. Pusat kelompok ini terdapat di Yerusalem.
Pada abad ke-11 hingga 13 M, muncul kelompok lain yang menunjukkan karakter teroris. Assasin (The Order of the Assassins) adalah sebuah faksi sempalan dari Syiah Ismailiyah Nizari yang dipimpin Hassan Sabbah. Cikal bakal Assassin berasal dari pegunungan Alamut di bagian utara Iran.
Kelompok ini mencegah pertempuran terbuka. Mereka menjalankan aksi dengan taktik pembunuhan diam-diam untuk secara langsung menargetkan pemimpin musuh.
Dalam banyak kasus, aksi ini dilakukan dengan mengorbankan nyawa pelaku teror. Para pengikut Assassin dikenal memiliki ketaatan luar biasa terhadap doktrin pemimpin mereka.
Korban pertama kelompok ini adalah wazir terpenting dari Dinasti Seljuk, Nizham al-Mulk. Kebanyakan target kelompok ini berasal dari penguasa politik Dinasti Abbasiyah dan Seljuk.
Kendati Zealot dan Assassin melancarkan aksi pada awal Masehi, mereka mewariskan karakteristik bagi kelompok teroris modern. Pertama, sebagai cikal bakal teroris modern dalam aspek motif, organisasi, sasaran, dan tujuan.
Kedua, fakta bahwa keduanya masih diingat hingga ratusan tahun kemudian menunjukkan dampak psikologis mendalam yang ditimbulkan kelompok ini. Kata Assassin bahkan digunakan dalam bahasa Inggris untuk menyebut pembunuh. Akan tetapi, hingga masa itu, istilah 'teroris' dan atau 'terorisme' belum dikenal.