REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -– Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in telah tiba di Pyongyang, Korea Utara (Korut), Selasa (18/9). Kedatangannya ke sana adalah untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Antar-Korea.
Moon mengatakan, selama tiga hari berada di Korut, ia akan berusaha membuat terobosan dalam pembicaraan tentang denuklirisasi di Semenanjung Korea. Di sisi lain, kunjungan tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan antara Korsel dan Korut.
"Satu (tujuan) adalah untuk terus mengembangkan hubungan antar-Korea dan yang lainnya adalah mempromosikan dialog antara Korut dengan Amerika Serikat (AS) yang ditujukan untuk denuklirisasi Semenanjung Korea,” kata Moon seperti dikutip laman Yonhap.
Ia menilai, dialog antara Korut dan AS memiliki peran penting dalam proses denuklirisasi di Semenanjung Korea. “Perjalanan Korut saya akan memiliki makna yang besar jika dapat mengarah pada dimulainya kembali dialog Korut dan AS,” ujarnya.
Pembicaraan denuklirisasi antara Korut dan AS terhenti ketika Presiden AS Donald Trump membatalkan kunjungannya ke Pyongyang. Pembatalan kunjungan itu dilakukan karena AS menganggap tidak ada kemajuan signifikan dalam proses denuklirisasi Korut.
Selama berada di Korut, Moon akan melakukan dua kali pertemuan dengan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un. Kesempatan itu akan dimanfaatkan Moon mengutarakan gagasannya perihal denuklirisasi Semenanjung Korea.
Baca juga, Pompeo: Korut Masih Produksi Bahan Bakar Bom Nuklir.
Moon dan Kim telah menghadiri KTT Antar-Korea di Panmunjeom pada 27 April. Pada momen itu, Moon dan Kim yang bertemu untuk pertama kalinya, menandatangani Panmunjeom Declaration for Peace, Prosperity, and the Unification of the Korean.
Dalam deklarasi tersebut, Kim dan Moon berbagi komitmen tegas untuk mengakhiri segala perpecahan dan konfrontasi yang telah berlangsung sejak berakhirnya Perang Korea pada 1953.
Perang itu memang diakhiri dengan gencatan senjata tanpa kesepakatan damai antara kedua negara. Sebagai gantinya, Korut dan Korsel bertekad untuk memasuki era baru rekonsiliasi nasional, perdamaian, dan kemakmuran serta memupuk hubungan antar-Korea secara lebih aktif.
Korut dan Korsel pun berkomitmen untuk melakukan upaya bersama guna mengurangi ketegangan militer antara kedua negara. Hal ini secara praktis akan menghilangkan bahaya meletusnya perang di Semenanjung Korea.
Terkait hal ini, Korut dan Korsel sepakat melakukan pertemuan yang intens antara otoritas militer masing-masing, termasuk pertemuan antara menteri pertahanan. Tujuannya adalah untuk membahas dan memecahkan masalah militer yang muncul di antara kedua negara.
Dalam deklarasi itu, Korut dan Korsel juga mengonfirmasi tujuan bersama untuk mewujudkan denuklirasi lengkap, yakni Semenanjung Korea yang bebas nuklir. Kedua negara sepakat berbagi peran dan tanggung jawab untuk merealisasikan hal ini.
Penandatanganan Panmunjeom Declaration for Peace, Prosperity, and the Unification of the Korean merupakan sebuah pencapaian yang cukup bersejarah. Sebab dalam deklarasi ini, Korut, untuk pertama kalinya, menyatakan kesediaan untuk melakukan denuklirisasi.