REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presdien Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in melakukan pertemuan pada konferensi tingkat tinggi (KTT) di Pyongyang pada Selasa (18/9) waktu setempat. Perjalanannya kali ini fokus membahas kesepakatan denuklirisasi antara Amerika Serikat (AS) dan Korut.
"Apa yang saya cari adalah perdamaian. Apa yang saya cari bukan perubahan sementara yang dapat diputuskan oleh kondisi internasional, tetapi perdamaian abadi yang tidak akan terpengaruh meskipun kondisi internasional berubah," ujar Presiden Moon sebelum bertolak ke Pyongyang di Cheong Wa De (Pusat pemerintahan Korsel) seperti dikutip Yonhap, Selasa (18/9).
Pertemuan KTT puncak ketiga itu dijadwalkan selama tiga hari dari Selasa (18/9) hingga Kamis (20/9), sama seperti pertemuan KTT pada 27 April dan 26 Mei di perbatasan desa Panmunjom, Pyongyang. Presiden Moon berharap mengadakan pemcibaraan yang benar-benar jujur bersama Jong-un.
"Saya percaya, deklarasi baru atau perjanjian antara Selatan dan Utara tidak penting lagi. Yang terpenting secara fundamental mengembangkan hubungan antar-Korea sambil menerapkan perjanjian antar-Korea yang telah ditandatangani sejauh ni," ujar Presiden Jae-in.
Guna mencapai hal itu, kata Jae-in yang dibutuhkan adalah kepercayaan. Dia pun telah mengatur untuk mengadakan diskusi sebanyak mungkin dengan presiden Kim sebagai tujuan dari pertemuan yang akan datang.
Presiden Jae-in juga menekankan perlunya mengurangi ketegangan militer antara kedua Korea. "Saya akan melakukan upaya khusus pada dua masalah pada KTT mendatang guna membangun perdamaian abadi antar dua Korea," ujarnya.
Langkah pertama, kata Jae-in, dengan menghilangkan ketegangan dan kemungkinan konflik bersenjata yang disebabkan oleh konfrontasi antara Utara dan Selatan. Serta, mengurangi ketakutan akan perang.
"Langkah kedua, untuk menengenahi pembicaraan AS dan Korut yang ditujukan untuk denuklirisasi Semenanjung Korea," kata Presiden Jae-in.
Perjalanan Jae-in ke Pyongyang terlaksana di tengah kebuntuan dalam perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut. AS terus mendesak untuk mempertahankan sanksi Korut hingga benar-benar denuklirisasi.
Korut, di sisi lain menyerukan quid pro que, mengklaim langkah denuklirisasi yang diambilnya tidak dapat diubah dan dengan demikian memberikan negara sebagai imbalan awal. "Sebab masalah ini bukanlah sesuatu yang bisa kami tangani sendiri, saya akan berbicara langsung tentang denukliriasi dan segera mengakhiri permusuhan antara AS dan Korut," ujarnya.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong-un mengadakan pertemuan pertama di Singapura pada 12 Juni lalu.